“Ini buat kamu, disimpan ya. Jangan pernah dibuang atau yang terlebih parah diberikan kepada orang lain.” Abe memberikan sebuah kalung liontin berbentuk nada lagu kepadaku. Diletakkannya benda itu pada telapak tanganku lalu menutupnya dengan hangat. “Ya Abe, aku janji.” Aku membalas dengan senyuman, lalu Abe memelukku dengan hangat. *** Aku benci bau ini. Benci bau khas rumah sakit yang di hadirkan setiap saat aku memasukinya. Sejak kepergian Abe beberapa bulan silam, aku mendaftarkan diri menjadi sukarelawan untuk anak-anak penderita kanker di sebuah rumah sakit swasta. Ya, Abe meninggalkan akibat kanker yang sudah menggerogoti tubuhnya sejak dua tahun silam. Aku masih ingat saat terakhir kali aku melihat Abe. Pada saat itu, Abe sedang tertidur pulas di bangsalnya. Rambutnya yang dulu ditata berantakan dan sering aku usap menghilang seperti daun yang gugur. Bibirnya yang merona telah menjadi biru pucat, matanya yang cerah tertutupi oleh lingkaran berwarna hitam. Abe tak berdaya
Jangan Terkejut Jika Kamu Menemukan Dirimu disini.