Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2014

Sepenggal Rima

Akhirnya kau berkata, Namun aku berair mata. Ah! Mengapa aku sensitif sekali? Selalu ada mengapa dan kenapa, Dibalik tidak apa-apa tentunya Yang aku tahu kamu berbohong Apa benar kamu berbohong? Kamu mengikari suara hati Aku terlalu banyak mengungkit janji, Tidakkah kamu memaknai kata yang terucap? Bukan hanya sekadar mengecap Masih adakah waktu untuk kita seperti dahulu? Ketika aku dan kamu seperti lebah dan madu Aku akan menunggu, Sampai kamu sadar dan tak terbelenggu 20. September. 2014 04.35

Permohonanku

Aku tertampar oleh kata-katamu Tak bisakah kita reda amarah dan rasa sakit kita? Seperti yang aku lakukan dulu. Saat hati ini terasa perih dan sakit. Saat kamu tak mungkin mendapatkan maaf jika yang tersakiti bukan aku. Lalu, apa makna kata-katamu satu minggu yang lalu? Di saat kamu mengatakan takkan meninggalkanku.. Apa semuanya sama seperti saat ini? Aku tak ingin semua kesalahpahaman terulang Tak bisakah kamu memaafkan aku Aku sangat menyesal. Tolong. Ingat kata-katamu yang dulu. Ingat semua janji yang telah kamu ucapkan. Maknai semuanya. Jangan sampai setelah semua yang terucap, akan ada rasa sesal yang tak pernah hilang dikemudian hari Aku hanya ingin kita bersama, walau mungkin tak akan selamanya..

Haruskah Secepat Ini?

Kemarin nampaknya kamu baru mengatakan bahwa kita pasti akan bertemu kembali, namun tidak untuk hari ini. Waktu membawamu kepada keputusan yang memberatkan untukku. Aku tidak mengerti atas keputusanmu itu. Ya, mungkin ini semua salahku. Namun, apakah tidak ada kesempatan untukku kembali? Jika aku boleh membandingkan, nampaknya salahmu kemarin lebih besar dibanding dengan rasa egoisku ini. Bukankah kamu seharusnya menerima aku yang seperti ini? Bukankah seharusnya kamu megubah aku yang seperti ini? Bukan meninggalkan aku. Lalu, bagaimana dengan kisah cerita kita? Apakah ini sudah saatnya berakhir. Bagaimana jika aku tidak menginginkannya? Ingatkah bahwa kamu pernah berkata tidak akan pernah meninggalkanku? Aku tau, kamu tidak mungkin  melupakannya. Namun kata hanyalah kata. Yang dapat ditinggalkan seiring dengan waktu berjalan. Tanpa ada harapan. Apakah semua yang sudah diperbaiki akan hilang kembali? Aku yakin semua ini tidak akan pernah sia-sia. Tapi yang aku mau han

Bagaimana Jika..

Bagaimana jika? Kemarin siang, di linimasa sosial mediaku tertulis sebuah kata "bagaimana jika inspirasiku bukan lagi kamu?" Kalimat itu ditulis oleh seorang selebtweet bernama monstreza. Dan kemudian seketika aku berpikir. Bagaimana jika inspirasiku bukan lagi kamu? Apa yang terjadi setelah itu? Siapa yang akan menggantikannya? Bagaimana jika itu terjadi jauh sebelum kita menepi. Bagaimana jika setelah inspirasiku bukan lagi kamu, kamu baru sadar? Bagaimana jika semesta mengerjaimu? Dengan perasaanmu. Dengan perasaanku. Dengan kita. Bagaimana jika... Terlalu banyak pertanyaan yang terlintas dibenakku. Tak tahu semuanya kapan akan terjawab. Yang bisa aku lakukan hanyalah berdoa. Agar nantinya, apapun jawabannya tak (terlalu) menyakitkan untuk kita.