Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2015

Istirahatlah, sayang

Apa kabarmu hari ini? Sepertinya ada sesuatu hal yang membuatmu terjatuh lagi. Sayang, surat ini untukmu. Sebenarnya, hari ini merupakan surat bertema yang ditunjukan untuk orang terdekat yang membutuhkan dukungan. Tapi aku menulisnya untukmu. Karena kamu yang paling membutuhkan dukungan, sayang. Kamu harus bangkit. Semoga surat ini tersampaikan olehmu. Kamu, apakah kau tak merasa lelah? Aku tau kamu pasti lelah dengan semuanya. Semuanya memang butuh perjuangan, semuanya memang harus diperjuangkan. Tapi, ketika kamu sudah merasa cukup, berhentilah sayang. Kamu tak bisa terus menerus seperti ini. Ketika kamu tertawa, matamu tak seperti itu. Matamu selalu sendu, namun orang-orang sekitarmu tak tahu akan itu. Kau pandai untuk bersandiwara. Dalam matamu ada sebuah keraguan, ketakutan, kesedihan, keputus-asaan bahkan kemuraman. Kau bukan kau yang aku kenali, sayang. Aku tahu, semua yang terjadi pada dirimu memang tak mudah. Tapi ingatlah sayang, banyak orang di sekelilingmu yang mencintaimu

Selamat Datang Kamu, yang ditunggu

Hai, bagaimana rasanya di sini? Apakah senyaman di dalam? Kamu tau? Kamu telah dinantikan sejak lama Kamu adalah sebuah pengharapan Apakah kamu senang dapat hadir di sini? Sebentar lagi kamu akan mengenal banyak hal Dalam keputusasaan yang sempat ada, semuanya tak lelah berdoa untuk memintamu Saat kamu hadir, semuanya bergembira Jika kamu melihat kita menangis, itu bukan karena kami sedih mendapatkanmu, melainkan kami sangat bersyukur dek Dek, sebentar lagi kamu akan melihat banyak orang yang menyayangimu Kami telah menunggumu selama lima tahun Sebenarnya kamu bukanlah yang pertama, dua orang kakakmu telah lahir terlebih dahulu. Namun Allah lebih mencintai mereka Dek, bersenang-senanglah Teruntuk: dede Qaisher Salvio Alfarezqi yang telah lahir ke dunia pada tanggal 9 Februari 2015

Perihal Hujan, Embun dan Daun

Hari ini hujan membasahi tanah dengan semangatnya. Hujan tidak pernah bosan, meski ia ditakdirkan untuk jatuh namun ia terus datang kembali. Karena ia rindu dengan tanah, cinta pertamanya. Sementara ia melakukan pekerjaannya, ada yang sedang harap-harap cemas menunggu kedatangan pujaannya. Dia adalah daun. Daun sedang menunggu embun untuk kembali menyapanya. Daun mencintai embun, meskipun embun tak mempunyai warna. Saat awan mulai menghitam, daun tersenyum puas. Karena penantiannya akan berakhir, dan ia dapat bertemu dengan embun. Ia tak lelah untuk menunggu, meskipun embun tak bisa ia miliki. Di sisi lain, ada seseorang yang cemas. Embun tahu bahwa daun mencintainya, sangat. Namun ia selalu cemas. Ia takut jika daun akan galau dan merasa kehilangan yang teramat sangat. Karena embun tidak dapat bertahan selamanya. Ia hanya sementara. Ia ikhlas untuk jatuh ke tanah, melebur bersama tanah yang dicintai hujan. Sebenarnya embun tak mau hanya sementara, namun ia sudah ditakdirkan seperti it

Surat Untuk Angin

Tolong sampaikan semua yang kurasakan hari ini lewat desahanmu. Sampaikan bahwa banyak waktu yang terbuang. Bosan. Selalu seperti ini. Tapi aku tak pernah jera. Aku tak ingin menjelaskannya secara rinci. Kamu lebih mengetahui itu, karena kamu berada di sisiku. Wahai angin yang ada di sekelilingku, janganlah engkau tutupi apapun darinya. Aku ingin dia mengerti. Aku ingin dia sadar bahwa ego selalu mengakibatkan penyesalan. Tertanda: orang yang menunggu sejak pukul dua

Seperti Bajakan

Hay, nampaknya kamu tak bersemangat hari ini. Percakapan kita seperti tak mempunyai kembang api di dalamnya. Apa semakin lama percakapan yang terjadi akan seperti itu? Kemarin, kamu sangat menyenangkan. Lalu hari ini kamu sangat pasif. Dulu, kamu bahkan selalu melalukan percakapan-percakapan di luar dugaanku. Apakah semua itu hanyalah sebuah bajakan? Aku terlalu insyekur. Setiap melihat perubahan padamu aku selalu menerka-nerka. Dan tidak jarang aku menganggap handphonemu telah dibajak oleh dirimu yang lain jika pesan yang dikirim olehmu menyenangkan. Bagaimana aku tak berpikir seperti itu, kamu seperti bunglon yang dapat berubah dalam hitungan menit saja. Aneh! Yang lebih anehnya, aku selalu menunggu pesan darimu. Dan yang paling aneh, waktu tidak pernah membuatku bosan untuk berbicara kepadamu, meskipun itu hanya sebatas virtual.

Tuan Galak

Tuan, kamu harus tahu bahwa sekarang wajahmu menyeramkan. Bukan karena ada banyak luka di wajahmu, tetapi karena ekspresimu yang seperti orang marah. Tuan, bisakah kamu mengendorkan urat wajahmu sedikit? Urat wajahmu mengencang ketika kamu berekspresi seperti itu. Ingat tuan, senyum dapat membuatmu jauh terlihat muda. Ah sudahlah, kata-kata aku ini tak mungkin kamu pedulikan. Kamu cukup berubah. Aku tak mau menanyakannya lagi. Karena bertanya merupakan bumerang yang dapat mengakibatkan pertengkaran. Aku sangat canggung untuk menanyakan keadaanmu, sangat ketakutan bila bertemu denganmu. Karena aku takut jika kamu marah kembali. Ah dasar galak! Jangan lupa makan yaa, jaga dirimu. Karena ada seseorang yang sangat khawatir ketika kamu sakit. Tertanda: B

Satu Hari di Bulan Juli

#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-6 Satu hari di bulan juli, ada suatu janji pertemuan yang terucap. Satu hari di bulan juli retinaku menangkap cahaya yang berbeda. Satu hari di bulan juli, semuanya mulai berubah secara perlahan. Aku masih ingat kejadian hari itu, hari dimana kita pertama kali bertemu. Kamu memakai kemeja berbahan jeans, sepatu converse, dan memakai tas ransel. Nampaknya tas itu adalah tas yang masih kau pakai hingga sekarang. First impression kamu sangatlah menarik, tuan. Apa kamu jg masih ingat baju apa yang aku pakai hari itu? Ah sudahlah, aku tahu pasti kau sudah lupa. Kau pelupa bukan? Ah satu lagi, masih ada rambut yang panjangnya hampir sepundak terurai dari kepalamu. Disertai dengan bando tipis untuk menghalanginya jatuh menutupi wajahmu. Btw, aku merindukan rambut itu. Tidakkah kamu merindukannya juga? Wahai kamu yang menyapaku pada siang hari itu, basah hujan masih meninggalkan jejaknya pada halaman kampus. Genangan yang tercipta pun mengantarkanku pada sebuah

Tiga

Pada malam yang dingin ini, kembali lagi rinduku terucap lirih. Pada suratku yang kesekian kali, kembali lagi namamu tertulis. Hai kamu, maaf jika aku tak seberani dulu. Mengucap rindu langsung kepadamu. Maaf, jika sekarang aku hanya berani menulis pada surat ini. Lewat tinta semu, lewat suara dalam pikiran. Maaf jika rindu lagi yang aku tulis, karena rindu ini tak pernah habis. Meskipun waktu sudah mengikis. Bagaimana ceritamu hari ini? Apakah menyenangkan? Apakah ada aku sedetik saja dalam pikiran? Ah aku tahu itu hanyalah angan. Wahai tuan dalam pikiran, waktu tidaklah bosan memberi kesempatan untukku bercerita. Bercerita tentang segalanya tentangmu. Namun, jikalau ada orang lain yang membacanya, ia pasti sudah bosan. Bagaimana denganmu? Apa kau merasa bosan? Pada detik ini, kembali tanganku menulis tentangmu. Tak letih, tak membantah. Hujan hari ini mengisyaratkan tentang kita. Tentang kita yang masih kembali meskipun jatuh berulang kali. Wahai kamu lelaki yang tak mau kusebut, seh

Lelaki Tak Bersayap (4)

Lelakiku, ini hari ke-4 aku menulis. Semoga aku bisa melewati 30 hari tanpa jeda. Karena sebelumnya aku tak pernah bisa melewatinya. Hm lelakiku, aku bingung harus menulis apa hari ini. Aku masih tidak mau melanjutkan cerita tentang dia, karena dia beberapa hari ini terlihat semakin jauh lelakiku. Hm bagaimana kalau hari ini kita berbicara mengenai rindu? Setuju? Mari kita bicarakan. Lelakiku, apa menurutmu rindu itu? Menurutku rindu adalah perasaan paling tulus yang pernah ada selain cinta. Karena rindu tak pernah bisa untuk berbohong. Semakin kita memaksanya untuk pergi, ataupun mengingkarinya, rindu semakin kuat bertahan memaksa untuk terbalaskan. Lelakiku, apa kau sedang merindu? Aku sedang merindukan dia lelakiku. Namun, tak ada jawaban ketika aku mengatakannya. Tidak seperti dahulu. Apa saat aku mengatakannya pada waktu yang tak tepat? Dan sekarang aku menjadi ragu harus mengatakannya atau tidak. Pada dini hari ini, rinduku semakin kuat. Memaksaku untuk menyampaikannya. Memaksaku

Lelaki Tak Bersayap (3)

#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-3 Hai lelakiku, tak terasa kita sudah menginjak bulan Februari. Itu berarti kurang lebih 90 hari lagi tepat 730 hari kita bercerita bersama. Hari ini hari ke-3 aku menulis untukmu. Lelakiku, mari singkarkan dulu cerita tentang dia yang ku ceritakan sebelumnya. Duduk yang manis, sambil membaca cerita dari kegelisahanku ini. Lelakiku, mengapa di dunia ini banyak sekali manusia yang serakah? Mengapa mereka selalu menginginkan yang terbaik dan selalu mencari yang terbaik. Padahal, yang terbaik dapat terbentuk dengan sendirinya. Dengan apa adanya dia. Bukan untuk dicari lelakiku. Lelakiku, mengapa banyak orang yang tidak sadar dengan apa yang ada di hadapan mereka? Terlalu angkuh untuk mereka menyadari sesuatu tentang hal yang sudah diberikan Tuhan dengan indahnya. Lelakiku, mengapa mereka terus berusaha mencari yang lebih? Padahal sudah ada seseorang yang tulus mencintai dan menyayanginya. Bukankah yang paling penting hanyalah itu? Apa pendapatmu tentang ha