Skip to main content

Arti Kedewasaan

#HariKe-2Beercerita

Hay, ini adalah hari ke-2. Di mana saya akan mengajakmu berdiskusi. Kali ini pembahasannya mengenai kedewasaan. Siap?

Beberapa waktu belakangan ini saya sering membicarakan hal ini bersama teman-teman. Ada satu kalimat dari teman yang masih membekas di ingatan, ia mengatakan bahwa

“gue kira setelah dewasa masalah akan lebih gampang terselesaikan karena kita lebih mudah buat memutuskan suatu hal atau menentukan pilihan. Dalam arti, kita udah tau yang mana yang baik dan buruk. Ternyata gue salah. Ngga segampang itu.”

Dan saya setuju. Semakin hari saya merasa bahwa hidup ini semakin menemukan artinya. Entah karena saya yang lebih melihat secara terbuka, atau karena saya semakin mengerti tentang kehidupan ini. Dulu, ada kalanya saya ingin cepat dewasa. Karena saya merasa dewasa dapat mengambil keputusan secara bijak. Tapi kembali lagi, saya salah. Rasanya, semakin hari saya semakin takut. Bukan saja takut terhadap kematian, tapi takut terhadap masalah rumit yang berkemungkinan akan datang. Takut tentang salah memilih suatu keputusan yang dimana itu akan membawa pada kehidupan seumur hidup saya.

Ada yang pernah bilang bahwa dewasa tidak mengenal umur. Banyak yang sudah dewasa dalam umur tapi tidak dewasa dalam pengambilan keputusan. Tapi sebenarnya, dewasa itu apa sih? *kalian bisa jawab di kolom komentar dan mari kita berdiskusi*

Dalam umur sekarang, saya mengerti bahwa persoalan orang dewasa atau sebut saja orang tua sangatlah rumit. Oh jelas mereka tidak seperti anak muda yang bercerita sana sini demi menemukan nasehat yang ia anggap benar. Seseorang hanya akan mendengar apa yang ingin ia dengar bukan? Namun tidak saat kamu dewasa. Orang dewasa (sebut saja orang tua) mungkin akan lebih memilih banyak diam, dan berpikir karena nyatanya ada banyak hal yang tidak boleh diceritakan ke sembarang orang. Hingga sampai ia rasa tidak menemukan jawaban, ia baru keluar mencari orang yang dipercaya agar dapat menemukan jalan keluar.

Dewasa menurut saya adalah mampu berpikir dan membuat keputusan keputusan yang tepat. Tidak mengikuti ego saja. Ketakutan saya lebih kepada tentang ketidakmampuan saya dalam mengambil keputusan dan siap dalam menghadapi masalah yang ada. Semakin saya tau, semakin saya takut untuk menghadapinya. Karena semakin dewasa, semakin banyak perbandingan-perbandingan yang dapat membuat saya sulit mengambil keputusan. Semakin sulit untuk saya menentukan apakah realistis atau hanya ego. Karena ini menyangkut seumur hidup. Bukan lagi perkara masa depan. Apakah kamu seperti itu juga? Jika iya, bagaimana kamu menghilangkan ketakutan dan siap untuk menjadi dewasa? Dan apakah kamu sudah merasa dewasa?

Comments

Popular posts from this blog

Review Novel Klise

GHIYAT AESNA Zettu, 2013 236 Halaman Blurb Pernahkah kau berharap? Pernahkah kau bermimpi? Sederhana saja, semua karena cinta. Tapi, apa perasaan kau jika cinta itu sendiri yang menghancurkan semua harapan dan mimpimu yang tekah dibangun sejak lama. Terjebak dalam labirin dan sulit mencari jalan keluar. Lalu, pernahkah kau bimbang? Sederhana saja, ketika kau melewati sebuah jalan dan menemui persimpangan, kau mungkin bingung memilih jalan yang mana. Bagaimana kalau kedua jalan itu adalah percintaan dan persahabatan? Tak semudah yang kau pikirkan. Sebagian besar, cinta itu membuatmu bahagia, tapi sebagian lainnya membuatmu sulit. Bahkan sangat-sangat sulit. Kali ini cerita yang kau cari, mungkin tentang betapa rumitnya sebuah cinta. Maka, kau telah menemukannya. *** Klise bercerita tentang Toper seorang anak lelaki brokenhome yang diharuskan untuk pindah ke Singapura oleh ayahnya. Toper dipidahkan ke Singapura untuk melanjutkan pe

Pilihan

Seharusnya hari ini kamu bertemu dengan Asa, Rea dan Ego kembali. Tapi saya terlalu lelah untuk menulis. Sehingga cerita mereka belum selesai. Kamu masih mau menunggu bukan? Sampai bertemu esok ya!

Surat 1 : Untuk Kamu Yang Merasa Sepi

#30HariBercerita Hari ke-4 Surat pertama ini saya tulis dalam keadaan bingung. Bukan bingung untuk siapa surat ini akan ditunjukkan, tapi lebih kepada apa yang ingin saya sampaikan dalam surat ini. Untuk kamu yang merasa sepi, surat ini saya sampaikan. Jika kamu membacanya, saya harap kamu tak lagi merasa sendiri. Saya masih ingat malam itu tiba-tiba kamu mengirimi pesan yang isinya “gue ngerasa kesepian”. Pada saat itu saya bingung, kaget. Karena kamu bukan tipekal yang sering bercerita namun tiba-tiba kamu mengatakan hal seperti itu. Saya paham, semua orang di dunia ini pasti akan mengalami perasaan itu. Sebahagia apapun dirinya, ia pasti akan merasakan kesepian. Saya juga tidak tau apa yang harus saya lakukan agar membuat perasaan itu hilang dari dirimu. Karena selama ini saya merasa bahwa hal seperti itu hanyalah permasalahan pikiran saja. Yang harus kamu tau, saya bersama yang lain selalu ada di belakangmu. Meskipun kami tidak selalu ada di sampingmu. Tapi kamu tau ka