Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2013

Maaf [Tema 2, July 24] #FF2in1

“Ini buat kamu, disimpan ya. Jangan pernah dibuang atau yang terlebih parah diberikan kepada orang lain.” Abe memberikan sebuah kalung liontin berbentuk nada lagu kepadaku. Diletakkannya benda itu pada telapak tanganku lalu menutupnya dengan hangat. “Ya Abe, aku janji.” Aku membalas dengan senyuman, lalu Abe memelukku dengan hangat. *** Aku benci bau ini. Benci bau khas rumah sakit yang di hadirkan setiap saat aku memasukinya. Sejak kepergian Abe beberapa bulan silam, aku mendaftarkan diri menjadi sukarelawan untuk anak-anak penderita kanker di sebuah rumah sakit swasta. Ya, Abe meninggalkan akibat kanker yang sudah menggerogoti tubuhnya sejak dua tahun silam. Aku masih ingat saat terakhir kali aku melihat Abe. Pada saat itu, Abe sedang tertidur pulas di bangsalnya. Rambutnya yang dulu ditata berantakan dan sering aku usap menghilang seperti daun yang gugur. Bibirnya yang merona telah menjadi biru pucat, matanya yang cerah tertutupi oleh lingkaran berwarna hitam. Abe tak berdaya

Siapa Ia? [Tema 1, July 24 2013] #FF2in1

Aku terus menginjak bumi dengan kakiku. Menunggu resah detik yang berlaju dengan lambat. Dosen itu masih terus bergumam, aku tak peduli dengan apa yang ia katakana. Aku hanya menginginkan detik berlaju dengan cepat; aku dapat meninggalkan ruangan ini segera. Matanya tak luput dari pikiranku. Teettt…. Bel berbunyi, ku langkahkan kakiku dengan cepat. *** Lorong kampus ini sangat ramai. Berulang kali aku mengucapkan kalimat maaf karena menabrak mahasiswa yang sedang berjalan. Satu pikiranku; aku harus melihatnya. Terus ku berlari, ku tancapkan sekuat tenaga untuk dapat berlari menuju halaman belakang kampus. Langkahku terhenti pada sebuah halaman, kami para mahasiswa sering menyebutnya taman cinta. Nama itu diberi karena banyak mahasiswa yang menemukan pasangannya disini. Mataku terus menelusuri sekeliling. Mencari-cari sosok yang aku tunggu. Bola mataku bergerak tak henti, sampai akhirnya ia memusatkan pandangan. Ah ! itu dia. *** Jangtungku berdegup tak beraturan, keringat d

Selalu Tentang Rindu

Hujan mungkin lelah, anginpun begitu.... Selalu aku menyuruhnya untuk menyampaikan rindu, Mungkin kamu bosan tentang rindu; kata kerja yang sering aku ucap. Tapi apakah kamu tau? Aku selalu bersahabat dengan hujan dan angin, berharap mereka akan sampaikan rintik serta desahannya kepadamu, agar kamu tidak sendiri. Berharap kamu merasakan hangatnya rindu yang mengulum hawa dingin yang dibawa hujan. Apakah kamu mengingatku? Aksara sudah bosan merajut kata, tanpa cacat ia bercerita. Lembayung senja telah terukir, namun aku terus berpikir, tentang asa, rindu dan harapan. Tanpa berhipotesis aku selalu yakin tentang cinta ini. Haruskah aku berhipotesis? agar kau yakin dengan apa yang ku sebut cinta. Berapa banyak lagi kata rindu yang harus aku ucapkan? untuk kamu yang selalu bungkam. Dapatkah kamu berbicara? sekadar berucap bahwa hujan dan angin telah menyelesaikan tugasnya. Jika kamu merindukanku, aku selalu di sini. Di puncak harapan tanpa tujuan. Menunggu, mengiris sepi

Apakah Aku Harus Menyusulnya? [Tema 2, 17 July] #FF2in1

                Matanya tidak bersinar lagi. Tangan yang dulunya siap merengkuh wanita pujaannya terbaring kaku di atas ranjang putih itu. Perempuan itu selalu setia mendampingi pasangannya yang terbaring lemah. Walaupun taka da lagi suara yang membuat ia semangat pada pagi hari.                 Dulu mata itu selalu menyiratkan silau senja sore hari, sekarang bercak hitam di matanya bak menghiasi matanya dengan cara lain. Tangan yang dulu selalu memeluknya dengan hangat sekarang tak berdaya, hingga ia hanya dapat menunggu sang perempuan meraih dan merengkuh jemarinya.                 Bulir air mata perempuan itu jatuh, tepat pada saat ia menggenggam jemari sang pujaannya. Air mata yang mengisyaratkan kerelaan akan janji mereka pada saat itu, cinta terakhir untuk satu yang abadi . Tangan yang sedang ia genggam bergerak dengan lemahnya. Perlahan sayup-sayup kelopak mata sang lelaki terbuka. Mulutnya bergerak-gerak seraya ia ingin berkata. Sang perempuan pun mendekatkan telingany

Jemari Yang Tak Terpaut [Tema 1, 17 July] #FF2in1

         Detik demi detik mulai berlalu. Desahan angin turut menemaniku. Taman Rajawali. Disinilah aku berada. Menanti seseorang yang telah berjanji kepadaku untuk menemuiku, sore ini. Dia sosok yang selalu aku dambakan. Paras menarik yang tak dapat aku hilangkan dari pikiran; maupun hatiku. Lelaki dengan tinggi 173cm berjalan mendekatiku. Bibirku memunculkan pola lengkungan yang indah. Dia Rian, seseorang yang sudah aku tunggu sejak beberapa menit yang lalu. Lelaki yang sudah melumpuhkan saraf otakku ketika memikirkannya. Aku sudah menantikan hari ini, hari dimana ia akan mengajakku berkencan. Aku harap ia akan menyatakan perasaannya padaku. “Tar, maksud aku mengajakmu bertemu hari ini itu untuk… umm… ada sesuatu yang mau aku bilang ke kamu, kalau aku……..” Rian mengucapkannya secara terbata. Ah apakah ia tidak tahu jantungku terus berdegup kencang menunggu sebuah kata darinya terucap. Rian ayo cepat katakan , gumamku dalam hati. “Sayang!!” Suara itu membuat aku dan R

Rintik Hujan Berisyarat

"Awan jangan marah, jangan membuat tuan petir semakin murka. Jangan bersedih dan jangan biarkan air matamu menetes kembali." Awan mulai merubah warnanya, menyingkirkan senja yang hendak berkilau. Ia sedih, hatinya sedang kalut. Tuan petir tak suka melihat anaknya seperti itu, ia marah. Siapa yang salah? Awan diam, tanpa berucap ia memunculkan warna pekat gelap yang membisu. Bendung air matanya pecah, mengalirkan bulir air yang menyapu bumi. Aku juga kalut, kalut akan sepi yang membentang. Tak habis dayaku mengingat wajahmu. Kamu berubah. Apa benar? Tolong katakan bahwa aku salah ! tolong ! Bersama bulir air awan, aku menyampaikan isyarat. Mengusir sepi lewat desahan angin dingin. Menyimpan rindu dalam diamku. Menyimpan cinta dalam sendiriku. Apa kamu mengerti? Rintik hujan, tolong tinggalkan jejak embun di jendela kamarnya. Bentuklah embun itu serupa namaku. Agar ia tahu, kamu sedang menolongku. Untuk menyampaikan perasaan ini. Aku rindu..... [ Audio

Cepatlah Pergi; Masa Lalumu

Atmosfer itu telah menghangat kembali. Ia datang dengan sederhananya. Dengan raga serta jiwa yang berbeda. Seperti embun yang membuat daun jatuh cinta. Dengan cepat ia merengkuh hati dingin ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi dalam diriku. Semua perasaan mengalun secara perlahan. Membentuk simphoni lagu indah dengan nada yang dia ciptakan. “Gue kangen lo.” Katanya dalam sebuah chat singkat. K ata yang tak pernah terbayangkan olehku sebelumnya. Aku tidak tahu mengapa ia mengatakan hal itu kepadaku. Hatinya terlalu tertutup. Hatinya yang tak terjangkau olehku. Hatinya masih terlalu rapuh dengan luka masa lalunya. Ingin aku menyadarkannya melalui rangkaian kata indah,, dan menjadikannya simphoni lagu yang membawanya terlelap. Melepaskan semua masa lalunya, bersama mimpi malam. Dan terbangun dikala pagi, saat aku sudah disisinya, siap untuk merengkuhknya dalam hangat. Selayaknya udara yang ia berikan, kepadaku.

Entah

Mengapa aku merasakan hal ini? Padahal tak seharusnya begini Mengapa semuanya terasa teriris? Padahal seharusnya tak teriris Mengapa semuanya harus terasa? Padahal ia tak nyata Itu merupakan pertanyaan, namun mengapa tak ada jawaban dari semuanya?