Skip to main content

Review Holland;One Fine Day in Leiden

Feba Sukmana
Bukune, November 2013 (Cetakan pertama)
300 Halaman
Rp. 54.000,-


"Orang bilang, harapan itu seperti awan. Beberapa berlalu begitu saja, tetapi sisanya membawa hujan. Kau, harapan yang manakah yang kau simpan di hatimu?"


Blurb:
"Sejak menjejakkan kaki di Bandara Schiphol, Belanda, dan udara dingin menyambutnya, Kara tak lagi merasa asing. Mungkin, karena ia pun telah lama lupa dengan hangat.
Belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi dalam kotak tua yang teronggok di sudut kamarnya. Kini, Kara tahu:Ibu yang pergi, Kara yang mencari. Tak ada waktu untuk cinta.
Namun, kala senja membingkai Leiden dengan jingga yang memerah, Kara masih ingat bisik manis laki-laki bermata pirus itu, “Ik vind je leuk”—aku suka kamu. Juga kecup hangatnya. Rasa takut mengepung Kara, takut jatuh cinta kepada seseorang yang akhirnya akan pergi begitu saja. Dan, meninggalkan perih yang tak tersembuhkan waktu. Seperti Ibu.
Aku tidak berada di sini untuk jatuh cinta, ulangnya dalam hati, mengingatkan diri sendiri.
Di sudut-sudut Leiden, Den Haag, Rotterdam, dan Amsterdam yang menyuguhkan banyak cerita, Kara mempertanyakan masa lalu, harapan, masa depan, juga cinta. Ke manakah ia melangkah, sementara rintik hujan merinai di kanal-kanal dan menghunjam di jantung kota-kota Negeri Kincir Angin yang memesona?
Alles komt goed—Semua akan baik-baik saja, Kara,

***
Holland;One Fine Day in Leiden adalah novel seri Setiap Tempat Punya Cerita ke-5. Aku sudah menunggu novel ini sejak menyelesaikan membaca novel Swiss (seri STPC ke-4) sekitar bulan Agustus lalu **Review dapat dilihat di sini**. Semenjak aku membaca novel Last Minute in Manhattan, aku semakin tertarik untuk membaca seri STPC selanjutnya. Termasuk Holland ini.

Holland;One Day in Leiden bercerita mengenai Kara yang melanjutkan study S2-nya di Universiteit Leiden. Ia tinggal di sebuah kota kecil nan indah bernama Leiden di Belanda. Tinggal di sebuah apartement yang tidak terlalu besar bersama Linnie, teman apartementnya yang bertubuh atletis. Konflik terjadi saat Kara menemukan buku gambar bersampul cokelat yang berisi sketsa pada saat makan siang di Bagels & Beans. Ternyata buku cokelat itu milik lelaki bernama Rein, pemilik matapirus yang Kara temui di Kastel de burcht. Kara dan Rein semakin dekat setelah pertemuan itu. Namun pada kencan-kencan berikutnya Rein selalu saja meninggalkan Kara secara tiba-tiba. Kara penasaran dengan apa yang terjadi pada Rein, apalagi setelah Kara melihat terdapat banyak lebam di tubuh pucat lelaki itu.

Tujuan Kara ke Belanda selain melanjutkan studynya adalah untuk menyembuhkan luka. Bukan, bukan menyembuhkan luka melainkan melupakan luka lamanya. Ia selalu berharap hujan akan menghapus sebagian ingatannya. Ingatan akan ruang kosong yang sejak kecil tak terisikan. Ruang kosong bernama ibu. Ibu yang pergi. Kara yang mencari. Kara tidak punya keberanian untuk membuka kotak kayu yang berada di rak buku apartementnya. Kotak kayu yang diselipkan Yangkungnya saat Yangtinya mengirimi paket. Akankah pemberhentian Kara mencari ruang kosong itu terhenti di Belanda? Akankah semua pertanyaan Kara akan Ibu dan Rein terjawab?

"Ah membingungkan. Cintakah ini? Kara tersentak menyadari pertanyaan barusan. Cinta? Tidak. Terlalu cepat untuk membicarakan cinta. Lagi pula, aku di sini tidak untuk jatuh cinta."

***
Well, butuh waktu yang lama untuk membaca novel ini. Karena tugas-tugas kuliah menumpuk untuk segera diselesaikan. Dan setelah di selesaikan ternyata novel ini sangat-sangat menarik. Pada awal bab aku sempat merasa bosan karena terlalu banyak narasi tapi setelah aku lanjutkan membaca ternyata aku dapat menemukan banyak poin plus di buku ini.

Seperti novel seri STPC lainnya, yang paling menarik dari novel ini tentu kartu dan sketsa yang terdapat di dalamnya. Di novel ini, kak Feba menuliskan banyak sekali tentang sejarah Belanda serta sejarah lattar tempat yang di pakai pada novel ini. Jadi ada tambahan tentang sejarah di dalamnya. Di dua bab terakhir aku sempat meneteskan air mata karena terharu oleh tokoh Yangti, Wulan dan Kara serta Rein. Kak Feba sukses membawa aku sebagai pembaca larut dalam konflik yang dari awal aku pertanyakan. Untuk novel perdananya, kak Feba sukses membuat cerita yang ngga kalah keren dengan penulis-penulis yang sudah menciptakan berbagai novel. Dan, novel ini recommended untuk di baca buat kamu para pencinta novel romance dan seri STPC :)


Comments

Popular posts from this blog

Review Novel Klise

GHIYAT AESNA Zettu, 2013 236 Halaman Blurb Pernahkah kau berharap? Pernahkah kau bermimpi? Sederhana saja, semua karena cinta. Tapi, apa perasaan kau jika cinta itu sendiri yang menghancurkan semua harapan dan mimpimu yang tekah dibangun sejak lama. Terjebak dalam labirin dan sulit mencari jalan keluar. Lalu, pernahkah kau bimbang? Sederhana saja, ketika kau melewati sebuah jalan dan menemui persimpangan, kau mungkin bingung memilih jalan yang mana. Bagaimana kalau kedua jalan itu adalah percintaan dan persahabatan? Tak semudah yang kau pikirkan. Sebagian besar, cinta itu membuatmu bahagia, tapi sebagian lainnya membuatmu sulit. Bahkan sangat-sangat sulit. Kali ini cerita yang kau cari, mungkin tentang betapa rumitnya sebuah cinta. Maka, kau telah menemukannya. *** Klise bercerita tentang Toper seorang anak lelaki brokenhome yang diharuskan untuk pindah ke Singapura oleh ayahnya. Toper dipidahkan ke Singapura untuk melanjutkan pe

Pilihan

Seharusnya hari ini kamu bertemu dengan Asa, Rea dan Ego kembali. Tapi saya terlalu lelah untuk menulis. Sehingga cerita mereka belum selesai. Kamu masih mau menunggu bukan? Sampai bertemu esok ya!

Surat 1 : Untuk Kamu Yang Merasa Sepi

#30HariBercerita Hari ke-4 Surat pertama ini saya tulis dalam keadaan bingung. Bukan bingung untuk siapa surat ini akan ditunjukkan, tapi lebih kepada apa yang ingin saya sampaikan dalam surat ini. Untuk kamu yang merasa sepi, surat ini saya sampaikan. Jika kamu membacanya, saya harap kamu tak lagi merasa sendiri. Saya masih ingat malam itu tiba-tiba kamu mengirimi pesan yang isinya “gue ngerasa kesepian”. Pada saat itu saya bingung, kaget. Karena kamu bukan tipekal yang sering bercerita namun tiba-tiba kamu mengatakan hal seperti itu. Saya paham, semua orang di dunia ini pasti akan mengalami perasaan itu. Sebahagia apapun dirinya, ia pasti akan merasakan kesepian. Saya juga tidak tau apa yang harus saya lakukan agar membuat perasaan itu hilang dari dirimu. Karena selama ini saya merasa bahwa hal seperti itu hanyalah permasalahan pikiran saja. Yang harus kamu tau, saya bersama yang lain selalu ada di belakangmu. Meskipun kami tidak selalu ada di sampingmu. Tapi kamu tau ka