Skip to main content

Lagu Terakhir 1

    Senja telah merekahkan jingganya. Menyiratkan bahwa malam akan segera datang. Taman ini mulai sepi, hanya ada desaran angin yang tersisa. Aku masih duduk disini. Sambil merekatkan jaket dengan kuat, aku menghadang angin yang sangat menusuk tulang. Aku menunggumu.
***
          Sudah beberapa minggu ini aku menghabiskan waktu senja di taman komplek rumahku. Terlambat kusadari, ternyata taman ini mempunyai sebuah atmosfer yang sangat menenangkan. Anak-anak yang tertawa berlari mengejar kupu-kupu, sekelompok anak muda yang sedang bermain biola atau orang-orang dewasa yang menikmati masa tua adalah pemandangan yang disajikan pada taman ini. Mereka terlihat seperti tak ada beban.

          Duduk di bangku besi berwarna putih ini merupakan favoritku. Dengan letak yang strategis tepat di tengah taman, aku bisa melihat semuanya dengan jelas. Rumput, pengunjung yang berlalu-lalang, kupu-kupu, serta matahari yang mulai menghilangkan jejaknya. Hanya sebagai pengamat. Namun aku sangat menyukainya. Terkadang tanpa sadar sudut bibirku membuat sebuah lengkungan, entah karna perilaku anak kecil yang lucu atau hanya karena merasa nyaman di tempat ini. Entahlah.

          Hari ini aku melihat ada yang berbeda. Bukan berasal dari taman ataupun langit sore, melainkan pengunjung baru itu. Hampir setiap hari dikala senja tiba aku selalu datang ke taman ini, namun hari ini aku baru melihatnya. Wajahnya nampak tak asing bagiku. Namun aku tak mengingatnya. Apa aku mengenalnya? atau ini hanya perasaanku saja?
***
          Keesokan hari aku datang ke taman ini guna untuk membaca novel yang baru saja ku beli. Dan aku melihat dia lagi. Cowok yang menurutku tak asing. Kemeja denim digulung hingga lengan, Celana levis, sepatu converse menjadi gaya andalan saat ia datang ke taman ini. Duduk dengan mengangkat sebelah kaki bertumpukan kaki sebelahnya sambil memetik gitar lalu menulis. Mungkin ia sedang membuat lagu. Setelah selesai mengamatinya, aku melanjutkan aktivitasku yang sempat terhenti; membaca novel. Tiba-tiba saja sebuah tangan terjulur di depan wajahku.

          "Hai, gue Revi" - Suara berat khas pria remaja membuka perkenalan.

Seketika mataku langsung tertuju pada tangan itu. Perlahan mataku mulai menuju wajah sang pemilik tangan itu. Dan ternyata ia adalah laki-laki yang aku lihat tadi. Laki-laki muda necis yang memetik gitar lalu menulis.

"oh, hai. Gue Dira" aku membalas jabatan tangannya.
"Sering kesini?"
"Lumayan hehe, lo baru beberapa hari ini ke taman ini ya?"
"iya, soalnya gue baru pindah rumah dan ternyata taman ini asik juga buat nongkrong"
"oh.. baru pindah toh"
"iya. eh liat deh awannya bagus banget" jari telunjuknya dengan sigap mengarahakan ke atas.

Saat itu awan stratus sedang menyiratkan warna jingga yang begitu indah. Dan dari sinilah awal perkenalan aku dan revi dimulai.
***
          Perkenalan singkat itu membawaku pada suatu hubungan yang jauh lebih dekat. Tak pernah terpikirkan sebelumnya, mengapa aku dengan Revi dapat menjalin hubungan sedekat ini. Hampir setiap hari aku dan Revi menikmati suasana senja bersama-sama. Melakukan aktivitas yang sama dengan rasa yang berbeda. Ia memainkan gitar dengan penuh kelembutan dan kemahirannya. Sedangkan aku menjadi pendengar setia yang hanya tersenyum dibuatnya. Di penghujung senja, aku dan Revi menikmatinya dengan berbaring di atas rumput sambil bercerita tentang kehidupan kita masing-masing. Hal rutin yang menjadi aktivitas favoritku di setiap senja tiba. Dan tanpa kusadari hari semakin jauh meninggalkan kita. Sampai akhirnya waktu menemukan titik jenuh diantara kita.

**bersambung**

Comments

Popular posts from this blog

Review Novel Klise

GHIYAT AESNA Zettu, 2013 236 Halaman Blurb Pernahkah kau berharap? Pernahkah kau bermimpi? Sederhana saja, semua karena cinta. Tapi, apa perasaan kau jika cinta itu sendiri yang menghancurkan semua harapan dan mimpimu yang tekah dibangun sejak lama. Terjebak dalam labirin dan sulit mencari jalan keluar. Lalu, pernahkah kau bimbang? Sederhana saja, ketika kau melewati sebuah jalan dan menemui persimpangan, kau mungkin bingung memilih jalan yang mana. Bagaimana kalau kedua jalan itu adalah percintaan dan persahabatan? Tak semudah yang kau pikirkan. Sebagian besar, cinta itu membuatmu bahagia, tapi sebagian lainnya membuatmu sulit. Bahkan sangat-sangat sulit. Kali ini cerita yang kau cari, mungkin tentang betapa rumitnya sebuah cinta. Maka, kau telah menemukannya. *** Klise bercerita tentang Toper seorang anak lelaki brokenhome yang diharuskan untuk pindah ke Singapura oleh ayahnya. Toper dipidahkan ke Singapura untuk melanjutkan pe

Pilihan

Seharusnya hari ini kamu bertemu dengan Asa, Rea dan Ego kembali. Tapi saya terlalu lelah untuk menulis. Sehingga cerita mereka belum selesai. Kamu masih mau menunggu bukan? Sampai bertemu esok ya!

Surat 1 : Untuk Kamu Yang Merasa Sepi

#30HariBercerita Hari ke-4 Surat pertama ini saya tulis dalam keadaan bingung. Bukan bingung untuk siapa surat ini akan ditunjukkan, tapi lebih kepada apa yang ingin saya sampaikan dalam surat ini. Untuk kamu yang merasa sepi, surat ini saya sampaikan. Jika kamu membacanya, saya harap kamu tak lagi merasa sendiri. Saya masih ingat malam itu tiba-tiba kamu mengirimi pesan yang isinya “gue ngerasa kesepian”. Pada saat itu saya bingung, kaget. Karena kamu bukan tipekal yang sering bercerita namun tiba-tiba kamu mengatakan hal seperti itu. Saya paham, semua orang di dunia ini pasti akan mengalami perasaan itu. Sebahagia apapun dirinya, ia pasti akan merasakan kesepian. Saya juga tidak tau apa yang harus saya lakukan agar membuat perasaan itu hilang dari dirimu. Karena selama ini saya merasa bahwa hal seperti itu hanyalah permasalahan pikiran saja. Yang harus kamu tau, saya bersama yang lain selalu ada di belakangmu. Meskipun kami tidak selalu ada di sampingmu. Tapi kamu tau ka