Skip to main content

Lagu Terakhir 2 (End)

Sebelumnya di Lagu Terakhir 1


.......   Sudah seminggu ini Revi tak terlihat. Awan stratus tak lagi indah. Atmosfer taman ini seketika mencekam. Aku merasa kehilangan. Revi, kamu dimana??
***
          Hari demi hari aku lewati tanpa Revi. Entah mengapa aku merasa sangat kacau. Seperti pernah merasakan ini sebelumnya. Namun, aku tidak mengingat kapankah itu terjadi. Tuhan.. apakah rencanaMu selanjutnya??
***

          Aku hanya menangis-berhenti-menangis-berhenti-lalu menangis kembali. Tak ada yang bisa membuatku hidup kembali seperti kemarin. Bagai burung yang sayapnya patah. Lumpuh, tak berdaya. Entah sudah berapa mililiter air mata yang aku keluarkan. Dan ajaibnya, air mata ini tak pernah habis untuk menangisi Ia. Mungkin benar tentang apa yang pernah orang bilang, bahwa "air mata seperti mempunyai tampungan terbesarnya yang tumpah jika seseorang yang engkau sayang pergi meninggalkanmu". Namun, seperti meninggalkan sebuah isyarat, aku teringat tentang apa yang pernah ditulis Revi pada secarik surat yang ia masukkan ke dalam botol. Waktu itu, aku dan Revi saling menuliskan mimpi kita masing-masing. Dan menguburkannya di tanah dekat kolam taman ini. Tanpa ragu aku pun segera menghampiri gundukan tanah itu kemudian menggali dan membaca surat yang di tulis revi. Tulisan yang sangat singkat namun berarti bagiku.

"Jika kamu ingin mengetahui dimana keberadaanku saat ini, pergilah ke rumahku Dira"

Dibawah surat itu tertulis sebuah alamat rumah yang lengkap. Aku segera berlari menuju rumah yang dimaksud oleh Revi. Revi, tunggu aku.
***

          Rumah ini tampak tak begitu asing bagiku. Cat hijau yang baru tak menghalangkanku untuk terus mengingatnya. Halaman serta ayunan itu seperti mempunyai cerita terhadapku. Entah cerita apa aku belum dapat mengingatnya.

"Tok tok" ku beranikan untuk mengetuk pintu rumah itu.
"Hallo Dira sayang, sudah lama ya kita ngga pernah ketemu" ucap seorang perempuan.

perempuan yang mungkin berumur empat puluh tahun ini langsung memelukku. Dia siapa??
"Sini masuk ke dalam". Ajak perempuan itu dengan ramah.

Aku pun melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam rumah.

        Tampak bingkai-bingkai foto terpajang rapih di dinding ruangan ini. Sebagian besar merupakan foto sebuah keluarga dengan satu anak laki-laki yang tersenyum sumringah di tengah. Pasti itu adalah Revi. Di sudut ruangan terdapat satu lemari kecil, di atasnya terdapat beberapa bingkai kecil. Aku mulai penasaran dengan foto itu, lalu ku dekatkan diri untuk melihatnya. Ternyata, itu adalah foto sepasang anak kecil yang sedang bermain. Di salah satu bingkai terdapat foto mereka sedang bermain ayunan. Anak perempuan yang tersenyum sedang menaiki ayunan tersebut dan anak laki-laki sedang mengayunnya dari belakang. Sungguh mengesankan. Dan tanpa tersadar aku tersenyum, seperti melihat sebuah masa lalu.

"Dira, sini duduk di sebelah tante"
"Iya tante"
"Kamu kesini mencari Revi bukan?"
"Iya tante, kok tante bisa tahu?"
"Revi sudah menceritakannya semua ke tante"
"Jadi begini dira…." Ibu Revi menjelaskan tentang semua yang terjadi.

          Air mata ku tiba-tiba menetes. Tak kuasa aku membendungnya. Ternyata benar tentang perasaan ku kemarin-kemarin. Ini benar-benar sudah terjadi kepadaku sebelumnya. Perasaan kehilangan ini, tepat dua kali aku rasakan. Setelah kepergian Revi lima tahun yang lalu. Tante Diana menceritakan semuanya, dia mengingatkan aku akan segala hal. Tentang masa lalu ku bersama Revi, tentang perasaan cinta Revi yang mendalam kepada ku selama ini. Tante Diana mengingatkan akan amnesia ringan yang aku alami. Karena kecelakaan setelah Revi meninggalkan aku saat itu, aku mengalami amnesia yang mengakibatkan aku tidak bisa mengingat masa laluku.

"Tante, jadi sekarang Revi ada dimana??" sambil terisak aku bertanya kepada tante Diana
"Dira, kamu tenang ya. Revi sudah meninggalkan kita tepat satu bulan yang lalu"
"t..ta..tapi tante, satu bulan yang lalu aku selalu menghabiskan waktu bersama Revi di taman" aku menangis sejadi-jadinya. tante Diana berusaha menenangkan ku. Dia memelukku dengan erat.
"Tante juga tidak tahu Dir, mungkin Revi memiliki cara lain agar kamu dapat merasakan kebersamaan yang sama seperti 5 tahun yang lalu"
"REEVVIIIIII kamu ngga mungkin udah pergi Rev" aku menjerit.
     
Aku tidak percaya. Mengapa takdir begitu kejamnya membuat cerita ku seperti ini. Jingga yang dulu merah sekarang bagaikan Hitam yang pekat.

***

                   Ternyata Revi masih menyimpan semuanya, semua kenangan masa kecil kita. Bocah lelaki yang dulu bertubuh gempal sekarang telah berubah menjadi anak lelaki yang tinggi dan tampan. Rev, kenapa kamu jahat meninggalkan aku??

"Dira, sebelum Revi meninggal. Dia menitipkan ini kepada tante" Tante Diana menyerahkan sebuah surat dan tape recorder.
"Tante tinggal sebentar ya Dir". Tante Diana mengusap punggungku lalu pergi meninggalkan kamar Revi.

         Surat itu dari Revi. Dia bercerita tentang apa sebenarnya terjadi. Tentang penyakitnya yang memaksa ia untuk segera terbang ke singapore. Revi mengidap kanker darah stadium lanjut. Dia meminta maaf kepadaku karena tidak pernah bercerita mengenai hal ini. Alasan Revi, ia tidak ingin aku menangis dan mengkhawatirkannya. Tapi aku sangat menyesal, kenapa harus aku mengalami amnesia ini?? dan mama serta tante Diana pun tidak ingin memberitahuku karena Revi memintanya.

                   Di akhir surat Revi mengatakan bahwa ia telah membuat lagu untukku. Tepat di tape recorder itu ia merekamnya. Sambil mengusap air mata dan mengatur napasku yang terengah aku menekan tombol play pada tape recorder itu. Alunan petikan gitar khas Revi mengalun dengan merdunya. Memutar kenangan satu bulan lalu saat aku berada di taman bersamanya; entah itu siapa. Perlahan suaranya terdengar. Revi inikah lagu terakhirmu??. Air mataku semakin deras, aku ikhlas melepasmu Rev. Setelah mendengarkan lagu mu, air mata ini menjadi air mata kebahagiaan untuk mengantarmu Rev. Rasakan hangatnya, ingatlah selalu. Aku yang merindukanmu.

Sepenggal lagu ciptaan Revi..
Jingga mengisahkan kita, awan tersenyum melihatmu
Sayang...
Hapus air matamu, lihatlah senja
Ia bercerita, cerita tentang kita
Aku selalu ada di hatimu

End.....

Comments

Popular posts from this blog

Review Novel Klise

GHIYAT AESNA Zettu, 2013 236 Halaman Blurb Pernahkah kau berharap? Pernahkah kau bermimpi? Sederhana saja, semua karena cinta. Tapi, apa perasaan kau jika cinta itu sendiri yang menghancurkan semua harapan dan mimpimu yang tekah dibangun sejak lama. Terjebak dalam labirin dan sulit mencari jalan keluar. Lalu, pernahkah kau bimbang? Sederhana saja, ketika kau melewati sebuah jalan dan menemui persimpangan, kau mungkin bingung memilih jalan yang mana. Bagaimana kalau kedua jalan itu adalah percintaan dan persahabatan? Tak semudah yang kau pikirkan. Sebagian besar, cinta itu membuatmu bahagia, tapi sebagian lainnya membuatmu sulit. Bahkan sangat-sangat sulit. Kali ini cerita yang kau cari, mungkin tentang betapa rumitnya sebuah cinta. Maka, kau telah menemukannya. *** Klise bercerita tentang Toper seorang anak lelaki brokenhome yang diharuskan untuk pindah ke Singapura oleh ayahnya. Toper dipidahkan ke Singapura untuk melanjutkan pe

Pilihan

Seharusnya hari ini kamu bertemu dengan Asa, Rea dan Ego kembali. Tapi saya terlalu lelah untuk menulis. Sehingga cerita mereka belum selesai. Kamu masih mau menunggu bukan? Sampai bertemu esok ya!

Surat 1 : Untuk Kamu Yang Merasa Sepi

#30HariBercerita Hari ke-4 Surat pertama ini saya tulis dalam keadaan bingung. Bukan bingung untuk siapa surat ini akan ditunjukkan, tapi lebih kepada apa yang ingin saya sampaikan dalam surat ini. Untuk kamu yang merasa sepi, surat ini saya sampaikan. Jika kamu membacanya, saya harap kamu tak lagi merasa sendiri. Saya masih ingat malam itu tiba-tiba kamu mengirimi pesan yang isinya “gue ngerasa kesepian”. Pada saat itu saya bingung, kaget. Karena kamu bukan tipekal yang sering bercerita namun tiba-tiba kamu mengatakan hal seperti itu. Saya paham, semua orang di dunia ini pasti akan mengalami perasaan itu. Sebahagia apapun dirinya, ia pasti akan merasakan kesepian. Saya juga tidak tau apa yang harus saya lakukan agar membuat perasaan itu hilang dari dirimu. Karena selama ini saya merasa bahwa hal seperti itu hanyalah permasalahan pikiran saja. Yang harus kamu tau, saya bersama yang lain selalu ada di belakangmu. Meskipun kami tidak selalu ada di sampingmu. Tapi kamu tau ka