Sebelumnya di Lagu Terakhir 1
....... Sudah
seminggu ini Revi tak terlihat. Awan stratus tak lagi indah. Atmosfer taman ini
seketika mencekam. Aku merasa kehilangan. Revi, kamu dimana??
***
Hari demi hari aku lewati tanpa Revi. Entah
mengapa aku merasa sangat kacau. Seperti pernah merasakan ini sebelumnya.
Namun, aku tidak mengingat kapankah itu terjadi. Tuhan.. apakah rencanaMu
selanjutnya??
***
Aku hanya menangis-berhenti-menangis-berhenti-lalu
menangis kembali. Tak ada yang bisa membuatku hidup kembali seperti kemarin.
Bagai burung yang sayapnya patah. Lumpuh, tak berdaya. Entah sudah berapa
mililiter air mata yang aku keluarkan. Dan ajaibnya, air mata ini tak pernah
habis untuk menangisi Ia. Mungkin benar tentang apa yang pernah orang bilang,
bahwa "air mata seperti mempunyai tampungan terbesarnya yang tumpah jika
seseorang yang engkau sayang pergi meninggalkanmu". Namun, seperti
meninggalkan sebuah isyarat, aku teringat tentang apa yang pernah ditulis Revi
pada secarik surat yang ia masukkan ke dalam botol. Waktu itu, aku dan Revi
saling menuliskan mimpi kita masing-masing. Dan menguburkannya di tanah dekat
kolam taman ini. Tanpa ragu aku pun segera menghampiri gundukan tanah itu
kemudian menggali dan membaca surat yang di tulis revi. Tulisan yang sangat
singkat namun berarti bagiku.
"Jika kamu ingin mengetahui
dimana keberadaanku saat ini, pergilah ke rumahku Dira"
Dibawah surat itu tertulis sebuah alamat
rumah yang lengkap. Aku segera berlari menuju rumah yang dimaksud oleh Revi.
Revi, tunggu aku.
***
Rumah ini tampak tak begitu asing bagiku. Cat
hijau yang baru tak menghalangkanku untuk terus mengingatnya. Halaman serta
ayunan itu seperti mempunyai cerita terhadapku. Entah cerita apa aku belum
dapat mengingatnya.
"Tok tok" ku beranikan untuk
mengetuk pintu rumah itu.
"Hallo Dira sayang, sudah lama ya
kita ngga pernah ketemu" ucap seorang perempuan.
perempuan yang mungkin berumur empat puluh
tahun ini langsung memelukku. Dia siapa??
"Sini masuk ke dalam". Ajak
perempuan itu dengan ramah.
Aku pun melangkahkan kaki untuk masuk ke
dalam rumah.
Tampak bingkai-bingkai foto terpajang rapih di dinding ruangan ini. Sebagian
besar merupakan foto sebuah keluarga dengan satu anak laki-laki yang tersenyum
sumringah di tengah. Pasti itu adalah Revi. Di sudut ruangan terdapat satu
lemari kecil, di atasnya terdapat beberapa bingkai kecil. Aku mulai penasaran
dengan foto itu, lalu ku dekatkan diri untuk melihatnya. Ternyata, itu adalah
foto sepasang anak kecil yang sedang bermain. Di salah satu bingkai terdapat
foto mereka sedang bermain ayunan. Anak perempuan yang tersenyum sedang menaiki
ayunan tersebut dan anak laki-laki sedang mengayunnya dari belakang. Sungguh
mengesankan. Dan tanpa tersadar aku tersenyum, seperti melihat sebuah masa
lalu.
"Dira, sini duduk di sebelah
tante"
"Iya tante"
"Kamu kesini mencari Revi
bukan?"
"Iya tante, kok tante bisa tahu?"
"Revi sudah menceritakannya semua ke
tante"
"Jadi begini dira…." Ibu Revi
menjelaskan tentang semua yang terjadi.
Air mata ku tiba-tiba menetes. Tak kuasa aku
membendungnya. Ternyata benar tentang perasaan ku kemarin-kemarin. Ini
benar-benar sudah terjadi kepadaku sebelumnya. Perasaan kehilangan ini, tepat
dua kali aku rasakan. Setelah kepergian Revi lima tahun yang lalu. Tante Diana
menceritakan semuanya, dia mengingatkan aku akan segala hal. Tentang masa lalu
ku bersama Revi, tentang perasaan cinta Revi yang mendalam kepada ku selama
ini. Tante Diana mengingatkan akan amnesia ringan yang aku alami. Karena kecelakaan
setelah Revi meninggalkan aku saat itu, aku mengalami amnesia yang
mengakibatkan aku tidak bisa mengingat masa laluku.
"Tante, jadi sekarang Revi ada
dimana??" sambil terisak aku bertanya kepada tante Diana
"Dira, kamu tenang ya. Revi sudah
meninggalkan kita tepat satu bulan yang lalu"
"t..ta..tapi tante, satu bulan yang
lalu aku selalu menghabiskan waktu bersama Revi di taman" aku menangis
sejadi-jadinya. tante Diana berusaha menenangkan ku. Dia memelukku dengan erat.
"Tante juga tidak tahu Dir, mungkin
Revi memiliki cara lain agar kamu dapat merasakan kebersamaan yang sama seperti
5 tahun yang lalu"
"REEVVIIIIII kamu ngga mungkin udah
pergi Rev" aku menjerit.
Aku tidak percaya. Mengapa takdir begitu
kejamnya membuat cerita ku seperti ini. Jingga yang dulu merah sekarang
bagaikan Hitam yang pekat.
***
Ternyata Revi masih menyimpan
semuanya, semua kenangan masa kecil kita. Bocah lelaki yang dulu bertubuh
gempal sekarang telah berubah menjadi anak lelaki yang tinggi dan tampan. Rev,
kenapa kamu jahat meninggalkan aku??
"Dira, sebelum Revi meninggal. Dia
menitipkan ini kepada tante" Tante Diana menyerahkan sebuah surat dan tape
recorder.
"Tante tinggal sebentar ya Dir".
Tante Diana mengusap punggungku lalu pergi meninggalkan kamar Revi.
Surat itu dari Revi. Dia bercerita
tentang apa sebenarnya terjadi. Tentang penyakitnya yang memaksa ia untuk
segera terbang ke singapore. Revi mengidap kanker darah stadium lanjut. Dia
meminta maaf kepadaku karena tidak pernah bercerita mengenai hal ini. Alasan
Revi, ia tidak ingin aku menangis dan mengkhawatirkannya. Tapi aku sangat
menyesal, kenapa harus aku mengalami amnesia ini?? dan mama serta tante Diana
pun tidak ingin memberitahuku karena Revi memintanya.
Di akhir surat Revi mengatakan
bahwa ia telah membuat lagu untukku. Tepat di tape recorder itu ia merekamnya.
Sambil mengusap air mata dan mengatur napasku yang terengah aku menekan tombol
play pada tape recorder itu. Alunan petikan gitar
khas Revi mengalun dengan merdunya. Memutar kenangan satu bulan lalu saat aku
berada di taman bersamanya; entah itu siapa. Perlahan suaranya terdengar. Revi
inikah lagu terakhirmu??. Air mataku semakin deras, aku ikhlas melepasmu Rev.
Setelah mendengarkan lagu mu, air mata ini menjadi air mata kebahagiaan untuk
mengantarmu Rev. Rasakan hangatnya, ingatlah selalu. Aku yang merindukanmu.
Sepenggal lagu ciptaan Revi..
Jingga mengisahkan kita, awan tersenyum
melihatmu
Sayang...
Hapus air matamu, lihatlah senja
Ia bercerita, cerita tentang kita
Aku selalu ada di hatimu
End.....
Comments
Post a Comment