Matahari baru memunculkan sinarnya,
tetapi perempuan itu sudah duduk manis di bangku favoritnya. Tepat di depan
kelas ia sudah menunggu. Beberapa kali ia mengetuk lantai menggunakan tumit
kakinya. Sambil terus menyandungkan lirik lagu kesukannya ia terus menatap pada
gerbang sekolah yang berada di depan hadapannya
“Ah akhirnya dia datang.” Ucap perempuan
itu sumringah
Lelaki yang ditunggunya sedari tadi
masuk dengan langkah terburu-buru. Sepatu converse belel yang menjadi ciri
khasnya terus mengikuti langkahnya yang tegap. Tidak lupa juga ia mengenakan
jaket kulit berwarna cokelat itu. Perempuan itu segera menghampirinya.
“Pagi” ucap lelaki itu seraya
memperlihatkan barisan giginya yang rapih.
“Pagi juga” balas perempuan itu. “mana?
Ngga lupa kan?”
“Nih. Ngga bakal lupa kok. Kan selalu
dipake.” Jawab lelaki itu seraya memperlihatkan gelang yang melekat di tangan
kanannya. “yaudah aku ke kelas dulu ya.” Ucapnya sambil berlalu setelah
mengusap kepala perempuan itu dengan lembut.
Perempuan itu hanya mengangguk
lemas. Bukan karena ia sakit, melainkan karena ia hanyut dalam kelembutan yang
dihadirkan pada lelaki itu. Mungkin hanya matahari dan mereka berdua yang tau
betapa berartinya gelang simpul itu. Aku pun tidak mengetahui alasannya, karena
aku hanyalah pengamat mereka.
Comments
Post a Comment