Skip to main content

Aku, Hati, dan Logikaku

Apakah ada yang dapat menjawab darimana cinta berasal?
Tuhan? sudah pasti. Namun bukan itu jawaban yang aku maksud.

Siapa yang duluan merasakan cinta? Hati, ataukah logika yang menyuruh hati untuk merasa
Dapatkah kamu menjawabnya?

Aku tak mengerti mengapa hati dan logikaku selalu bertentangan.
Terutama dalam hal cinta.
Mereka seperti mempunyai jalan masing-masing.
Meskipun terkadang mereka seperti seorang sahabat yang tak pernah terpisahkan.

Waktu itu pertama kalinya hati membuatku merasakan suatu getaran.
Logika mengatakan bahwa itu hanya sebuah perasaan sesaat yang tidak akan bertahan lama.
Namun aku tak begitu mempercayainya. Karena kupu-kupu selalu berterbangan seenaknya di dalam perutku ketika ia menyapaku.
Meskipun hanya sekadar di layar virtual.

Sepanjang waktu yang terlewati, hati berkata bahwa perasaan ini tak salah.
Namun terkadang logika mengatakan bahwa perasaan ini sangatlah salah.
Mengapa begitu? aku tak acuh

Hati berucap bahwa tidak ada cinta yang sia-sia,
Namun logika menyebutkan bahwa aku telah membuang-buang waktuuntuk seseorang yang tak memperjuangkanku.

Aku semakin tak mengerti....

Saat itu, hati menyuruhku untuk tetap mempertahankan perasaan ini.
Logika setuju. Namun, entah mengapa sesekali ia egois memaksaku untuk membuang perasaan ini.
Aku tidak mau...
Hm atau mungkin selama ini logika benar?
Tetapi bukankah hati selalu tahu sesuatu yang dapat membuatku bahagia? walaupun logika berkata bahwa itu akan menyakitkanku setelahnya.

Aku harus apa??

Untuk saat ini logika selalu mengalah terhadap hati.
Karena mungkin logika sangat mengerti apa yang aku inginkan saat ini.
Ya. Aku hanya ingin bahagia tanpa peduli perasaan sakit yang nantinya akan kurasa.
Namun jika aku sudah terlalu lemah dan menangis, logika dengan lembut selalu datang memperingatkanku.

Aku bisa apa??

Disatu sisi, hati selalu tau apa yang aku mau dan membuatku bahagia. Meskipun seringkali logika telah memperingatkan tentang rasa sakit yang akan kurasa setelahnya. Logika tahu keputusan apa yang benar, tetapi hati lebih paham tentang apa yang membuatku bahagia.

Aku tak berdaya,..

Lalu, siapa yang harus saya pilih saat ini?
Hati yang mengerti ataukah logika yang memahami....


PS: Logikaku telah buntu terkalahkan oleh hati.
Dan sampai saat ini aku masih bertahan. Disini. Mencintaimu
Meskipun ada rasa sakit yang datang kepadaku.
Namun semuanya (masih) terkalahkan oleh rasa bahagia yang aku dapatkan.

Comments

Popular posts from this blog

Review Novel Klise

GHIYAT AESNA Zettu, 2013 236 Halaman Blurb Pernahkah kau berharap? Pernahkah kau bermimpi? Sederhana saja, semua karena cinta. Tapi, apa perasaan kau jika cinta itu sendiri yang menghancurkan semua harapan dan mimpimu yang tekah dibangun sejak lama. Terjebak dalam labirin dan sulit mencari jalan keluar. Lalu, pernahkah kau bimbang? Sederhana saja, ketika kau melewati sebuah jalan dan menemui persimpangan, kau mungkin bingung memilih jalan yang mana. Bagaimana kalau kedua jalan itu adalah percintaan dan persahabatan? Tak semudah yang kau pikirkan. Sebagian besar, cinta itu membuatmu bahagia, tapi sebagian lainnya membuatmu sulit. Bahkan sangat-sangat sulit. Kali ini cerita yang kau cari, mungkin tentang betapa rumitnya sebuah cinta. Maka, kau telah menemukannya. *** Klise bercerita tentang Toper seorang anak lelaki brokenhome yang diharuskan untuk pindah ke Singapura oleh ayahnya. Toper dipidahkan ke Singapura untuk melanjutkan pe

Pilihan

Seharusnya hari ini kamu bertemu dengan Asa, Rea dan Ego kembali. Tapi saya terlalu lelah untuk menulis. Sehingga cerita mereka belum selesai. Kamu masih mau menunggu bukan? Sampai bertemu esok ya!

Surat 1 : Untuk Kamu Yang Merasa Sepi

#30HariBercerita Hari ke-4 Surat pertama ini saya tulis dalam keadaan bingung. Bukan bingung untuk siapa surat ini akan ditunjukkan, tapi lebih kepada apa yang ingin saya sampaikan dalam surat ini. Untuk kamu yang merasa sepi, surat ini saya sampaikan. Jika kamu membacanya, saya harap kamu tak lagi merasa sendiri. Saya masih ingat malam itu tiba-tiba kamu mengirimi pesan yang isinya “gue ngerasa kesepian”. Pada saat itu saya bingung, kaget. Karena kamu bukan tipekal yang sering bercerita namun tiba-tiba kamu mengatakan hal seperti itu. Saya paham, semua orang di dunia ini pasti akan mengalami perasaan itu. Sebahagia apapun dirinya, ia pasti akan merasakan kesepian. Saya juga tidak tau apa yang harus saya lakukan agar membuat perasaan itu hilang dari dirimu. Karena selama ini saya merasa bahwa hal seperti itu hanyalah permasalahan pikiran saja. Yang harus kamu tau, saya bersama yang lain selalu ada di belakangmu. Meskipun kami tidak selalu ada di sampingmu. Tapi kamu tau ka