Sudah sejam aku menunggu di sebuah toko
buku. Tanpa tersadar perutku semakin tergelitik. Tanganku bergetar mengeluarkan
keringat. Dan tentu saja, jantungku berdegup kencang seperti ingin keluar dari
rongga tubuh. Mengapa aku seperti ini? padahal aku hanya ingin bertemu
dengannya-sahabatku-mungkin. Tunggu, sudah berapa lama aku tak seperti ini? dua
tahun? mungkin lebih. Aku terus memperhatikan alur detik jam pada pergelangan
tangan. Membolak-balik halaman novel-yang baru saja ku beli dengan resah.
Tiba-tiba sepasang kaki yang memakai sepatu berwarna biru itu berhenti tepat di
hadapanku. Aku mengadahkan kepala, dan mendapati senyuman yang menenangkan itu.
Akhirnya dia datang.
Kata maaf terlontar dari bibir tebalnya.
Aku hanya tersenyum kemudian mengangguk. Aku tidak bisa marah padanya, padahal
sebelum ia datang aku terus menggerutu sebal. Hari ini adalah hari yang aku
tunggu, kami berkencan. Mungkin. Di sebuah bangku berwarna silver kami berhenti. Saling menatap dalam diam tanpa ada satu kata
yang terucap. Bibirku kelu, aku terlalu gugup. Aku tidak tau apa yang ada dalam
pikirannya pada saat itu. Aku menyerahkan bunga edelweiss yang aku bawa
untuknya. Namun, ia tak mau menerima. Ia menyerahkan kembali kepadaku dan
memintaku untuk menjaganya, untuknya. Bulir air mata keluar tak berarah, aku
bingung mengapa aku merasakan hal yang teramat sedih. Aku menyayanginya.
Jarinya yang besar, meyeka air mata yang
turun dari mataku. Lihat, ternyata kita memiliki warna bola mata yang sama. Cokelat
tua. Mata yang teduh. Jemari yang menghangatkan. Aku dapat merasakan hembusan
napasmu yang menjalar pada punggung tanganku, saat engkau menggenggamnya. Aku juga
dapat melihat bola matamu dengan jelas, sangat jelas bahkan. Dari bibir kita
terucap janji serta kata yang menenangkan hati, terlebih hatiku. Aku tak ingin
semuanya berakhir. Semuanya harus dapat bertahan. Selamanya.
Tanpa kamu sadari, dari dalam kardus itu. Edelweiss
mendengarkan ucapan kita. Bahkan ia mendengar bagaimana isak tangisku pada saat
itu. Dan aku yakin, dalam diamnya ia juga tersenyum dan mendoakan kita. Semoga.
Comments
Post a Comment