Dermaga ini selalu menghadirkan sebuah
cerita indah namun klasik. Air yang bergemericik dan menimbulkan siluet
indah seseorang yang berdiri dipinggirnya pun menjadi sebuah favorit. Andrea
selalu menghabiskan sorenya di dermaga ini. Duduk di pinggir dermaga dan
menyilangkan kakinya, sambil menikmati siluet indah dirinya pada air sungai
kota Bandung. Langit sedang cerah, semburat jingga mulai menampakkan dirinya.
Namun, hatinya tak seindah langit hari ini. Ia merindukan sahabat-teman
lamanya. Ia tidak tau apa yang membuat dirinya begitu bodoh membuat keputusan
untuk menyakiti hati sahabatnya itu. Sahabat yang mencintainya diam-diam.
Dhea begitu kerap ia disapa, lebih memilih
Kinal seorang pemuda berantakan dengan hobi mengendarai sepeda motor
dibandingkan sahabatnya-Adi yang jauh lebih baik dari Kinal. Dhea tidak
mengerti apa yang ia pikirkan saat itu. Tidak mengerti mengapa hatinya memilih
Kinal. Hati memang tidak pernah salah untuk memilih. Namun terkadang hati
terlalu egois untuk melihat yang terbaik. Dermaga ini menjadi saksi dimana Adi
yang menyatakan cintanya oleh Dhea. Dhe yang menangis terisak karena Kinal
menyakitinya. Dan Dhea yang tak pernah lagi bertemu dengan Adi. Semenjak
kejadian itu-dimana Adi mengungkapkan rasa cinta dan memilih mundur serta meninggalkan
Dhea, Adi menghilang. Dhea yang sedang kalut oleh perasaan hatinya tak dapat
berbuat apa-apa. Tak ada Adi yang dapat membuat senyumnya mengembang, tak ada
Adi yang selalu mengajaknya bermain di pinggiran Dermaga, tak ada lagi lesung
pipi Adi dan mata yang meneduhkan itu. Dhea hanya ingin bertemu Adi.
Dhea hanya ingin mengulang kisahnya di
dermaga ini. Ia hanya ingin melepas rindu serta peluh pada punggung Adi yang
selalu ada untuknya, dulu. Air mata Dhea mengalir, terjatuh pada air sungai dan
menghasilkan suara kecil. Berharap air mata yang mengalir bersama air sungai
dapat membawa kisah dan ceritanya kepada Adi yang entah berada dimana. Berharap
Adi akan menemuinya. Sekarang. Di dermaga ini.
"Hei jangan
nangis. Gue ada disini."
Jemari yang Dhea
sangat kenali perlahan menyentuh pipinya yang basah. Dhea mengalihkan pandangan
ke asal suara. Dia kembali-Adi. Segera Dhea memeluk Adi dengan erat.
Menumpahkan semua kerinduan lewat air mata. Ia tidak ingin waktu terus berlalu,
ia ingin menikmati setiap detiknya. Ia ingin selamanya Adi memeluknya.
"Jangan pergi
lagi Di. Maaf gue terlalu egois dan menutup mata gue. Sekarang gue sadar.
Gue... gue sayang sama lo."
"Iya gue tau.
Gue ngga akan ninggalin lo kok." Adi merekatkan pelukannya. Diusapnya
punggung Dhea perlahan, lalu tersenyum sesekali.
Sekarang Dhea
sadar. Bahwa sesungguhnya Adi-lah sosok yang ia cari. Dan ia tidak mau
melewatkannya lagi.
Comments
Post a Comment