Lelakiku, ini hari ke-4 aku menulis. Semoga aku bisa melewati 30 hari tanpa jeda. Karena sebelumnya aku tak pernah bisa melewatinya. Hm lelakiku, aku bingung harus menulis apa hari ini. Aku masih tidak mau melanjutkan cerita tentang dia, karena dia beberapa hari ini terlihat semakin jauh lelakiku. Hm bagaimana kalau hari ini kita berbicara mengenai rindu? Setuju? Mari kita bicarakan.
Lelakiku, apa menurutmu rindu itu?
Menurutku rindu adalah perasaan paling tulus yang pernah ada selain cinta. Karena rindu tak pernah bisa untuk berbohong. Semakin kita memaksanya untuk pergi, ataupun mengingkarinya, rindu semakin kuat bertahan memaksa untuk terbalaskan.
Lelakiku, apa kau sedang merindu? Aku sedang merindukan dia lelakiku. Namun, tak ada jawaban ketika aku mengatakannya. Tidak seperti dahulu. Apa saat aku mengatakannya pada waktu yang tak tepat? Dan sekarang aku menjadi ragu harus mengatakannya atau tidak.
Pada dini hari ini, rinduku semakin kuat. Memaksaku untuk menyampaikannya. Memaksaku untuk berusaha agar terbalaskan. Tapi aku tak mampu menyampaikannya lelakiku. Karena menurutku apalah arti rindu yang tersampaikan jika tak terbalaskan. Lebih baik rindu itu tersimpan di dalam dan tidak diketahui oleh siapapun. Apakah tindakan ini benar lelakiku?
Rindu yang menggantung akan berakhir seperti patung. Dingin, kaku, seperti tak diinginkan. Mengudara seperti omong kosong. Padahal rindu tak berdosa, tetapi ia sering tidak dipedulikan.
Lelakiku, pada detik ini aku merindunya. Sangat. Bagaimana ia akan tahu lelakiku? Bisakah kamu memberitahunya? Lewat surat ini. Ah lelakiku andai kamu tahu siapa dia dalam surat-suratku, pasti aku tidak akan susah payah menjelaskan semuanya. Sampai surat ke-4 ini, apakah kamu belum bisa menebak siapakah dia yang aku maksud tuanku?
Ps: Dia pecinta lasagna.
4 Februari 2015
02:31
Dan aku merindumu (selalu)
Jarang-jarang nemu surat puitis gini, hebat kak :)
ReplyDeletehehehe makasih :)
Delete