#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-6
Satu hari di bulan juli, ada suatu janji pertemuan yang terucap. Satu hari di bulan juli retinaku menangkap cahaya yang berbeda. Satu hari di bulan juli, semuanya mulai berubah secara perlahan. Aku masih ingat kejadian hari itu, hari dimana kita pertama kali bertemu. Kamu memakai kemeja berbahan jeans, sepatu converse, dan memakai tas ransel. Nampaknya tas itu adalah tas yang masih kau pakai hingga sekarang. First impression kamu sangatlah menarik, tuan. Apa kamu jg masih ingat baju apa yang aku pakai hari itu? Ah sudahlah, aku tahu pasti kau sudah lupa. Kau pelupa bukan?
Ah satu lagi, masih ada rambut yang panjangnya hampir sepundak terurai dari kepalamu. Disertai dengan bando tipis untuk menghalanginya jatuh menutupi wajahmu. Btw, aku merindukan rambut itu. Tidakkah kamu merindukannya juga?
Wahai kamu yang menyapaku pada siang hari itu, basah hujan masih meninggalkan jejaknya pada halaman kampus. Genangan yang tercipta pun mengantarkanku pada sebuah senyuman pertamamu. Aku masih ingat bagaimana debar pertama yang aku rasakan saat pertama kali menatapmu. Ada getar yang tak biasa ketika kita berjabat tangan. Ada rasa malu yang menyelinap kala kita saling menatap atau sekadar melempari senyuman. Kamu menuntunku untuk menuju ke sebuah counter pendaftaran. Aku masih ingat bagaimana sabarnya kamu menungguku dari perjalanan menuju kampus hingga selesai mengurus pendaftaran. Aku juga masih ingat tentang ceritamu mengenai kampus kita. Tentang mahasiswa/i di dalamnya. Bagaimana caramu tertawa, tersenyum bahkan diam yang juga masih aku ingat hingga hari ini. Tak ada yang berubah hingga sekarang, semua tingkahmu masih sama. Dan aku selalu menyukainya. Ternyata pada saat itu kamu bolos mata kuliah terakhir hanya untuk menemaniku. Emang benar kamu nakal yaa -___-
Kau tahu, pertemuan itu sangat berarti untukku, hingga hari ini. Pertemuan yang mengantarkanku pada hari-hari bahagia berikutnya. Pada cerita-cerita yang menyenangkan selanjutnya. Pada air mata, senyum bahkan tertawa yang tak ada rasa penyesalan. Pertemuan yang tak pernah kusesali hadirnya. Perkenalan dan pertemuanku denganmu mengajarkan aku tentang banyak hal, J. Pertemuan yang menjadikan cerita tentang kita..
Apakah pertemuan itu masih kau ingat hingga hari ini? Apakah pertemuan itu berkesan sama seperti yang ku rasakan? Ataukah kau menyesalinya? Aku ingin kamu membalas surat kecil ini, J.
Teruntuk kamu yang menganggap diri sebagai duri..
- RFA -
(kilabret)
Comments
Post a Comment