Detik demi detik mulai berlalu. Desahan angin turut menemaniku.
Taman Rajawali. Disinilah aku berada. Menanti seseorang yang telah berjanji
kepadaku untuk menemuiku, sore ini. Dia sosok yang selalu aku dambakan. Paras
menarik yang tak dapat aku hilangkan dari pikiran; maupun hatiku.
Lelaki dengan tinggi 173cm berjalan
mendekatiku. Bibirku memunculkan pola lengkungan yang indah. Dia Rian,
seseorang yang sudah aku tunggu sejak beberapa menit yang lalu. Lelaki yang sudah melumpuhkan saraf otakku ketika memikirkannya. Aku sudah
menantikan hari ini, hari dimana ia akan mengajakku berkencan. Aku harap ia akan
menyatakan perasaannya padaku.
“Tar, maksud aku mengajakmu bertemu hari
ini itu untuk… umm… ada sesuatu yang mau aku bilang ke kamu, kalau aku……..”
Rian mengucapkannya secara terbata. Ah apakah ia tidak tahu jantungku terus
berdegup kencang menunggu sebuah kata darinya terucap. Rian ayo cepat katakan, gumamku dalam hati.
“Sayang!!”
Suara itu membuat aku dan Rian mencari
sumber suara. Ternyata suara itu berasal dari perempuan yang berdiri tidak jauh dari kami. Perempuan berparas asia, hidung mancung, wajah yang tirus dan
memakai dress berwarna putih itu melambaikan tangan
kearah Rian. Rian tersenyum menyambutnya. Mengulurkan tangan seraya menggenggam
sebelah tangan wanita itu. seharusnya
jemari itu merengkuh jemariku yang lemah, desis Tara dalam hati.
“Ra, kenalin. Ini Hilda. Pacar gue”
Hatiku hancur berkeping-keping. Tak berdaya seluruh sarafku
mendadak lumpuh. Kelu lidahku untuk bersuara. Jadi ini jawaban penantianku
selama tiga tahun lamanya? Sebuah penantian yang tak dapat aku terima. Semuanya
hanya sebuah perasaan yang tak tersampaikan. Apakah cinta akan terus menyakitkan?
Comments
Post a Comment