"Awan jangan marah, jangan membuat tuan petir semakin murka. Jangan bersedih dan jangan biarkan air matamu menetes kembali."
Awan mulai merubah warnanya, menyingkirkan senja yang hendak berkilau.
Ia sedih, hatinya sedang kalut.
Tuan petir tak suka melihat anaknya seperti itu, ia marah.
Siapa yang salah?
Awan diam, tanpa berucap ia memunculkan warna pekat gelap yang membisu.
Bendung air matanya pecah, mengalirkan bulir air yang menyapu bumi.
Aku juga kalut, kalut akan sepi yang membentang.
Tak habis dayaku mengingat wajahmu.
Kamu berubah. Apa benar?
Tolong katakan bahwa aku salah ! tolong !
Bersama bulir air awan, aku menyampaikan isyarat.
Mengusir sepi lewat desahan angin dingin.
Menyimpan rindu dalam diamku.
Menyimpan cinta dalam sendiriku.
Apa kamu mengerti?
Rintik hujan, tolong tinggalkan jejak embun di jendela kamarnya. Bentuklah embun itu serupa namaku.
Agar ia tahu, kamu sedang menolongku.
Untuk menyampaikan perasaan ini.
Aku rindu.....
[Audiovisual on my soundcloud, klik here]
Jakarta, 11 Juli 2013
18:02,
saat awan marah meninggalkan jejak bulir dijendela kamar,
aku mengingatmu.
(Sebuah isyarat telah ku beri, namun kau tak menjawabnya, aku rindu )
kereeen! sukasukasukaaa :D
ReplyDeleteThank youu, baca yang lain juga yaa :)
ReplyDelete