Hujan mungkin lelah, anginpun begitu....
Selalu aku menyuruhnya untuk menyampaikan rindu,
Mungkin kamu bosan tentang rindu; kata kerja yang sering aku ucap.
Tapi apakah kamu tau?
Aku selalu bersahabat dengan hujan dan angin,
berharap mereka akan sampaikan rintik serta desahannya kepadamu, agar kamu tidak sendiri.
Berharap kamu merasakan hangatnya rindu yang mengulum hawa dingin yang dibawa hujan.
Apakah kamu mengingatku?
Aksara sudah bosan merajut kata, tanpa cacat ia bercerita.
Lembayung senja telah terukir, namun aku terus berpikir,
tentang asa, rindu dan harapan.
Tanpa berhipotesis aku selalu yakin tentang cinta ini.
Haruskah aku berhipotesis? agar kau yakin dengan apa yang ku sebut cinta.
Berapa banyak lagi kata rindu yang harus aku ucapkan?
untuk kamu yang selalu bungkam.
Dapatkah kamu berbicara? sekadar berucap bahwa hujan dan angin telah menyelesaikan tugasnya.
Jika kamu merindukanku, aku selalu di sini.
Di puncak harapan tanpa tujuan.
Menunggu, mengiris sepi sendiri.
Terkikis, mengais, mengemis cinta dalam dahaga.
Menangis, terbang bersama kelam.
Sampai akhirnya aku lelah untuk bertahan, tolong lepaskan.
Selalu aku menyuruhnya untuk menyampaikan rindu,
Mungkin kamu bosan tentang rindu; kata kerja yang sering aku ucap.
Tapi apakah kamu tau?
Aku selalu bersahabat dengan hujan dan angin,
berharap mereka akan sampaikan rintik serta desahannya kepadamu, agar kamu tidak sendiri.
Berharap kamu merasakan hangatnya rindu yang mengulum hawa dingin yang dibawa hujan.
Apakah kamu mengingatku?
Aksara sudah bosan merajut kata, tanpa cacat ia bercerita.
Lembayung senja telah terukir, namun aku terus berpikir,
tentang asa, rindu dan harapan.
Tanpa berhipotesis aku selalu yakin tentang cinta ini.
Haruskah aku berhipotesis? agar kau yakin dengan apa yang ku sebut cinta.
Berapa banyak lagi kata rindu yang harus aku ucapkan?
untuk kamu yang selalu bungkam.
Dapatkah kamu berbicara? sekadar berucap bahwa hujan dan angin telah menyelesaikan tugasnya.
Jika kamu merindukanku, aku selalu di sini.
Di puncak harapan tanpa tujuan.
Menunggu, mengiris sepi sendiri.
Terkikis, mengais, mengemis cinta dalam dahaga.
Menangis, terbang bersama kelam.
Sampai akhirnya aku lelah untuk bertahan, tolong lepaskan.
Dan jangan pernah kau genggam.
Jakarta, 19 Juli 2013
Saat aku tak lagi dapat memendam rindu yang terlalu lebih,
untuk kamu sang bungkam sejati.
bagus banget :D
ReplyDeleteRgank you semuanya, baca yang lain juga yaa :)
ReplyDeleteSangat menjiwai sekali, apalagi yg versi musikalisasi puisinya dng backsound kiss. the rain.. Good job! Lanjutkan terus karyamu erlita!
ReplyDeleteaamiin, makasih yaa :)
Delete