Skip to main content

Review Novel Tears in Heaven

ANGELICA CAROLINE
GagasMedia, 2013
346 Halaman
Rp. 48.000,-

Blurb


Aku akan merindukanmu.

Tak sedetik pun hatiku luput dari denyut perih karena kehilanganmu. 



Kau tinggal terlalu sebentar, pergi terlalu cepat. Seperti rahasia ilahi lainnya yang tak benar-benar kumengerti, terkadang aku bertanya-tanya mengapa Tuhan hanya memberi waktu sedikit untuk kita. Tapi aku tidak menyesalinya. Karena sejak awal pun aku tak pernah berusaha menghindari kebersamaan kita.



Aku akan merindukanmu. 

Dan aku tahu, mulai hari ini, perasaan ini akan senantiasa menyiksaku. Tapi tak apa, sungguh tak apa. Sakitnya masih tak seberapa... ketimbang harus melupakanmu


***

Tears in Heaven bercerita mengenai Nathan yang harus pindah ke Jakarta untuk mengobati penyakitnya. Nathan harus menemui ayahnya yang bekerja sebagai dokter spesialis onkologi di sana. Nathan harus menyembunyikan kemarahan yang masih menyelimuti dirinya untuk bertemu ayahnya. Ayahnya telah bercerai dari ibunya sejak Nathan kecil. Nathan bersama ibunya tinggal di Bali sementara ayahnya-bersama Dr. Lidya-Ibu tiri Nathan menatap di Jakarta.

Nathan harus membiasakan diri tinggal bersama orang tua-yang Nathan benci serta adik tirinya yang bernama Tara. Hidup Nathan berubah semenjak ia bertemu dengan perempuan berambul ikal bermata cokelat di koridor sekolah barunya, saat ia kebingungan mencari letak ruang tata usaha di sekolah itu. Perempuan itu memikat hati Nathan dengan mata lembutnya.

Sepetinya takdir mempermudah Nathan untuk bertemu dengannya kembali. Nathan melihatnya lagi saat ia dikeluarkan dari kelas sejarah oleh gurunya. Perempuan itu sedang asik menggoreskan pensil di atas buku sketsanya. Nama perempuan itu adalah Kayla. 

Di sekolah barunya Nathan bersahabat dengan Tanis, Marvin dan Bryan. Mereka selalu bersama-sama ketika jam istirahat berlangsung maupun saat tugas berkelompok. Nathan sering menemui Kayla di halaman belakang sekolah. Bercerita dan bercanda dengan Kayla membuat hatinya nyaman. Kayla pun merupakakn sosok seperti malaikat dan seperti matahari yang menhangatkan Nathan.

Kayla sering berkunjung ke rumah Nathan, sekadar menemani Nathan di tengah kemoterapi yang ia jalankan. Kayla pun sangat akrab dengan Tara. Tania juga mulai terbiasa dan bersahabat dengan Nathan dan Kayla meskipun sesekali ada perasaan cemburu ketika ia melihat Kayla dan Nathan saling melempar senyum yang mempunyai arti tak biasa.

Saat Nathan bersama Marvin dan Brian sedang mencari buku untuk tugas tambahan kimia di perpustakaan, mereka terkejut ketika mendengar suara jeritan dan buku-buku yang berjatuhan. Ternyata ada seorang siswi yang terpeleset dan terkena tumpukan buku-buku yang terjatuh dari raknya. Tidak sengaja Nathan menemukan sketchbook miliknya dan mengembalikannya. Di buku itu tertulis sebuah nama dengan glitter, Kezia.

Kemoterapi pun terus dilakukan rutin oleh Nathan.  Rambutnya pun mulai rontok dan botak. Tetapi ada Kayla yang selalu menemaninya dan merubah pikirannya untuk melunturkan amarahnya kepada ayah, ibu tiri serta adiknya. Lama kelamaan emosi serta kebencian Nathan terhadap mereka runtuh. Semuanya berkat Kayla.

***

Cover yang dimiliki novel ini sangat menyentuh. Entah kenapa terasa sangat pas dengan cerita yang hadir di dalamnya. Genggaman tangan yang mempunyai sebuah makna terdalam. Namun pada bagian desain di setiap bab, gambar tetesan air yang dijadikan background sangat mengganggu aku sebagai pembaca.

Tears in Heaven memiliki PoV KE-3.  Untuk novel debut, Tears in Heaven benar-benar menakjubkan. Sang penulis mampu membawa pembaca larut dalam cerita dan memikirkan tentang ending di dalamnya. Namun ternyata pemikiran saya akan endingnya salah besar. Saya benar-benar tidak menyangka bahwa penulis menghadirkan ending yang begitu mengejutkan. Penuh dengan misteri, cinta, suka dan duka.

Namun aku bingung. Ada bagian beberapa dalam dialog novel yang diceritakan terkesan buru-buru. Seperti bagaimana Kayla mengetahui rumah Nathan padahal sebelumnya tidak diceritakan bahwa ia pernah berkunjung ke rumah Nathan atau bahkan Nathan memberitaukan rumahnya. Ditemukan juga beberapa typo pada narasi ataupun dialognya. Tapi untuk seluruhnya novel ini sangat menakjubkan dan rekomen banget !!! Sukses Angelica :D


Comments

  1. Aaaaaaaa jadi pengen cepet cepet baca ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheh ayuk baca bagus loh, tapi sedih ceritanya :p

      Delete
    2. tergantung diliatnya dari mana, bisa berarti sad ending bisa juga ngga hehe

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review Novel Klise

GHIYAT AESNA Zettu, 2013 236 Halaman Blurb Pernahkah kau berharap? Pernahkah kau bermimpi? Sederhana saja, semua karena cinta. Tapi, apa perasaan kau jika cinta itu sendiri yang menghancurkan semua harapan dan mimpimu yang tekah dibangun sejak lama. Terjebak dalam labirin dan sulit mencari jalan keluar. Lalu, pernahkah kau bimbang? Sederhana saja, ketika kau melewati sebuah jalan dan menemui persimpangan, kau mungkin bingung memilih jalan yang mana. Bagaimana kalau kedua jalan itu adalah percintaan dan persahabatan? Tak semudah yang kau pikirkan. Sebagian besar, cinta itu membuatmu bahagia, tapi sebagian lainnya membuatmu sulit. Bahkan sangat-sangat sulit. Kali ini cerita yang kau cari, mungkin tentang betapa rumitnya sebuah cinta. Maka, kau telah menemukannya. *** Klise bercerita tentang Toper seorang anak lelaki brokenhome yang diharuskan untuk pindah ke Singapura oleh ayahnya. Toper dipidahkan ke Singapura untuk melanjutkan pe

Pilihan

Seharusnya hari ini kamu bertemu dengan Asa, Rea dan Ego kembali. Tapi saya terlalu lelah untuk menulis. Sehingga cerita mereka belum selesai. Kamu masih mau menunggu bukan? Sampai bertemu esok ya!

Surat 1 : Untuk Kamu Yang Merasa Sepi

#30HariBercerita Hari ke-4 Surat pertama ini saya tulis dalam keadaan bingung. Bukan bingung untuk siapa surat ini akan ditunjukkan, tapi lebih kepada apa yang ingin saya sampaikan dalam surat ini. Untuk kamu yang merasa sepi, surat ini saya sampaikan. Jika kamu membacanya, saya harap kamu tak lagi merasa sendiri. Saya masih ingat malam itu tiba-tiba kamu mengirimi pesan yang isinya “gue ngerasa kesepian”. Pada saat itu saya bingung, kaget. Karena kamu bukan tipekal yang sering bercerita namun tiba-tiba kamu mengatakan hal seperti itu. Saya paham, semua orang di dunia ini pasti akan mengalami perasaan itu. Sebahagia apapun dirinya, ia pasti akan merasakan kesepian. Saya juga tidak tau apa yang harus saya lakukan agar membuat perasaan itu hilang dari dirimu. Karena selama ini saya merasa bahwa hal seperti itu hanyalah permasalahan pikiran saja. Yang harus kamu tau, saya bersama yang lain selalu ada di belakangmu. Meskipun kami tidak selalu ada di sampingmu. Tapi kamu tau ka