Skip to main content

Lelaki Berbaju Hitam

#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-11

Teruntuk: lelaki berbaju hitam yang tak pernah ku lupa

Hai... Apa kabar??
Mungkin kamu tak pernah mengenaliku. Bahkan kamu tak pernah melihatku. Tapi mataku terlalu hebat untuk dapat merekam setiap gerakmu sepersekian detik yang berlalu saat itu.

Bolehkah ku tahu siapa namamu?
Hey kenapa kamu mengerutkan kening seperti itu? Oh iya mungkin kamu ingin aku menceritakan kronologi dari pertemuan kita. Jadi begini ceritanya....

Waktu itu aku sedang melihat arena permainan yang sangat memacu adrenalin. Tak urungku untuk mencoba permainan itu. Aku hanya terus menatap pada sebuah permainan yang terus berputar. Tak sedikitpun ia peduli pada teriakan puluhan jiwa yang sedang menikmati perputarannya atau mungkin hampir melepas jantugnya. Ketika alat itu berhenti, puluhan kaki segera menuruni tangga yang ada tepat di bawahnya. Dan mataku menangkapmu. Entah karena kamu mempunyai magnet atau apa yang dapat menarik mataku untuk melihatmu. Tapi dalam detik yang melambat saat itu aku langsung jatuh hati.

Ah tapi pasti kamu tidak mengingatnya. Baiklah aku takkan memaksamu untuk mengingat. Tapi percayalah ini bukan surat kutukan untukmu. Aku hanya ingin menyampaikan perasaanku.

Mungkin ini hanya sebuah perasaan kagum atau hanya nafsu sesaat. Entahlah. Namun pada saat itu kamu telah berhasil. Kamu berhasil membuat detik memperlambat untuk maju. Kamu berhasil menghambat getak laju orang-orang yang berlalu lalang di sekitar kita. Dan yang paling utama kamu telah berhasil membuat hatiku jatuh untuk kesekian kalinya.

Maaf, waktu itu aku memotretmu secara diam-diam. Bukan maksudku untuk tak sopan kepadamu. Namun aku tak tahu dengan cara apalagi aku harus mengabadikanmu agar kamu terkenang dan dengan tak mudah aku lupakan. Aku ingat bahwa memori manusia terbatas untuk hal-hal yang tak begitu membekas. Dan aku tak mau engkau aku lupakan begitu saja.

Aku masih ingat betapa lentiknya bulu matamu. Mungkin itu dapat dijadikan sebagai permainan anak kecil di sebuah taman bermain. Aku juga ingat betapa putihnya kulitmu sampai matahari yang terik membuatnya sedikit terbakar. Ah! Iya, aku juga  ingat bentuk dada, tangan serta kaki yang terlihat sangat mengagumkan pada saat itu. Kamu tahu? aku sangat berharap dapat merengkuh lenganmu dan menautkan jemariku pada jemarimu itu. Namun aku sadar, itu hanyalah sebuah khayalan.

Tiga tahun berlalu. Namun engkau masih aku ingat. Berkat foto ini. Meskipun asing kamu telah mengisi sebagian memori yang aku punya. Akankah kita dapat bertemu lagi?? Aku harap Tuhan dapat mempertemukan kita lagi. Meskipun itu hanya sepersekian detik....

Tertanda: perempuan yang bersemu merah saat melihatmu pertama kali

** Ps: apa setelah melihat foto ini kamu mengingatnya??  Atau mungkin dari kalian yang melihatnya ada yang mengenalnya? Jika iya. Katakan... :)



Dufan,  Akhir 2007

Comments

Popular posts from this blog

Review Novel Klise

GHIYAT AESNA Zettu, 2013 236 Halaman Blurb Pernahkah kau berharap? Pernahkah kau bermimpi? Sederhana saja, semua karena cinta. Tapi, apa perasaan kau jika cinta itu sendiri yang menghancurkan semua harapan dan mimpimu yang tekah dibangun sejak lama. Terjebak dalam labirin dan sulit mencari jalan keluar. Lalu, pernahkah kau bimbang? Sederhana saja, ketika kau melewati sebuah jalan dan menemui persimpangan, kau mungkin bingung memilih jalan yang mana. Bagaimana kalau kedua jalan itu adalah percintaan dan persahabatan? Tak semudah yang kau pikirkan. Sebagian besar, cinta itu membuatmu bahagia, tapi sebagian lainnya membuatmu sulit. Bahkan sangat-sangat sulit. Kali ini cerita yang kau cari, mungkin tentang betapa rumitnya sebuah cinta. Maka, kau telah menemukannya. *** Klise bercerita tentang Toper seorang anak lelaki brokenhome yang diharuskan untuk pindah ke Singapura oleh ayahnya. Toper dipidahkan ke Singapura untuk melanjutkan pe

Review: Novel Melbourne;Rewind

Winna Efendi Gagasmedia, 2013 328 Halaman Rp. 52.000,- Blurb Pembaca tersayang, Kehangatan Melbourne membawa siapa pun untuk bahagia. Winna Efendi menceritakan potongan cerita cinta dari Benua Australia, semanis karya-karya sebelumnya: Ai, Refrain, Unforgettable, Remember When, dan Truth or Dare. Seperti kali ini, Winna menulis tentang masa lalu, jatuh cinta, dan kehilangan. Max dan Laura dulu pernah saling jatuh cinta, bertemu lagi dalam satu celah waktu. Cerita Max dan Laura pun bergulir di sebuah bar terpencil di daerah West Melbourne. Keduanya bertanya-tanya tentang perasaan satu sama lain. Bermain-main dengan keputusan, kenangan, dan kesempatan. Mempertaruhkan hati di atas harapan yang sebenarnya kurang pasti. Setiap tempat punya cerita. Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari Melbourne bersama pilihan lagu-lagu kenangan Max dan Laura. Enjoy the journey, EDITOR *** Akhirnya selesai juga baca novel ini. Sudah lama aku in

Review: Novel Andai Kau Tahu

Dahlian Gagasmedia, 2013 366 Halaman Rp. 50.000 Blurb Pengakuannya membuatku merona. Dalam sesaat aku terpaku memandangnya... seolah ia hanya imaji belaka. Bahwa semua ini hanya mimpi di suatu malam. Seolah tak mengerti kejengahanku, kejujuran demi kejujuran meluncur keluar dari bibirnya. Tentang pujian tulusnya akan maknaku di hidupnya. Tentang harapannya akan diriku yang hadir di hidupnya selamanya. Aku belum cukup mengenalnya. Aku tak pernah memikirkannya. Jadi, bagaimana caraku mengatakan yang sebenarnya, bahwa perasaanku dan perasaannya tidak berada di garis yang sama? *** Andai Kau Tahu bercerita tentang Tania seorang perempuan cantik berumur 21 tahun yang harus menerima perjodohan dari ayahnya. Ayahnya menjodohkan Tania dengan anak sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter karena ayahnya ingin mewariskan rumah sakit miliknya ke orang yang benar dan merupakan suami dari Tanis. Tania yang menolak perjodohan itu pun melarikan diri dari rumahnya menuj